Thursday, August 2, 2018

Duo Ambon main ke Ambon Manise


Duo Ambon main ke Ambon Manise 







Punya teman yang sama-sama suka jalan bisa sangat “berbahaya”, apalagi ditunjang dengan kebebasan waktu yang mereka punya bisa-bisa menjadi “racun” dalam hidup. Dengan daya dorong yang keras dari alasan yang diberikan oleh teman “sekalian survey untuk jualan trip kamu kan” itu bisa saaangggaatt bahaya jo!!!!



       Beta : "emang mo kapan ?"

       Kaka Opung : "januari ajah setelah beta pulang kampung setor muka dolo"

       Beta : "oh gitu..kalo gitu nanti sa cari tiketnya"

       Kaka Opung : "iissshh jangaan..siniin ktp nya usi"

      (percakapan via wa di bulan september 2017)



Selanjutnya berondongan pesan via wa untuk milih jam penerbangan. Mamaaaeee masih lamapun tapi sudah di”racun” dengan semua pesan itu..Walaupun sudah pernah pergi  sebelumnya (tahun 2016), tapi tahun ini dengan alasan yang berbeda akhirnya beta jalan.

Memilih penerbangan transit Makassar, akhirnya tiba kurang lebih jam 4 sore. Tujuan pertama adalah ngopi sore di Sibu-Sibu Cafe. Menikmati senja berakhir ditemani kopi dan pisang goreng, sudah cukup membuat beta senang.


harga ramah kantong dibalik buku menu ini  πŸ˜‰

Belom pi Maluku kalo belom pi Sibu-Sibu πŸ˜€
Nah itu pung kata-kata yang selalu tertanam tajam dalam pikiran dan hati para penikmat kopi maupun para pejalan. Suasana kekeluargaan sangat terasa begitu memasuki rumah kopi ini.

Selesai dengan Sibu-Sibu, ketong meluncur berburu makan malam. Menu andalan yang ketong cari  adalah ikan kuah kuning dan Rumah Makan Dedes menjadi tempat pilihan ketong. Selain Ikan kuah kuning, ketong juga memesan tumis bunga pepaya, papeda dan yang pasti aneka sambal seng ketinggalan.

Ikan Kuah Kuning RM Dedes


Aneka sambal RM Dedes

Ngopi sudah 
Ikan Kuah kuning sudah
mo apalagi ???


Sekarang tinggal tidurrrr hahahaha


Keliling Kota Ambon Manise (part-1)

Hari kedua di kota ambon manise, sarapan di hotel pun ketong nikmati. Janjian di jemput 08:30, ketong memutuskan untuk keliling kota ambon manise sesuai itinerary yang sudah ketong siapkan  sebagai referensi ketong berdua. Tujuan pertama ketong pergi mengunjungi Museum Siwalima dan Museum Siwalima Kelautan. 

Museum Siwalima





Ketika berkunjung Museum Siwalima, bangunan museum sedang direnovasi. Untuk tetap melayani pengunjung, oleh Pemda, isi museum dipindahkan ke gedung sebelah sekitar 50-75 meter dari bangunan yang sedang direnovasi. Jujur beta bukan orang penikmat museum, tapi museum Siwalima ini museum kedua yang beta kunjungi setelah Museum Tsunami Aceh.

Sebagai seorang wanita berdarah timur (kelahiran tanah timur maksudnya πŸ˜‹), koleksi museum ini mampu membuat beta melongo lebar sambil membayangkan kehidupan zaman dulu. Penjelasan Bapak Mikael, terngiang-ngiang dengan sedikit ketakutan ketika menunjukan koleksi benda-benda pusaka..sampai ditunjukin benda pusaka  yang dahulu kala digunakan untuk "menyantet". uuppsss!!! jangan takut itu dulu kala jo!!! πŸ˜€

Tempat Sirih bersejarah

Koleksi parang 
Koleksi Kain Tenun

Patung Seragam tentara jepang


Salah satu ada Patung tanda kesuburan dan kematian


Kapak Batu zaman dahulu

Tarian Bambu Gila

Perahu Doti (pusaka black magic)

Replika Rumat Adat

Jika sudah merantau jangan lupa tanah kelahiran
(kurang lebih seperti itu yang saya ingat maknanya)

Berbagai macam alat-alat dapur
Ambon manise terkenal dengan alunan musik merdunya

salah satu ciri khas wanita timur yang pandai menenun



daaaannn masih banyak lagi. Ketong pun semakin larut dengan interaksi tanya jawab dengan Bapak Mikael yang sangat sabar bercerita. 

Selesai dengan Museum, ketong lanjutkan menuju beberapa lokasi pantai. Antara lain target Pantai Pintu Kota, Pantai Liang dan Pantai Natsepa (hari pertama). Kemudian di hari kedua ketong target mengunjungi Pantai batu Bolong.

Pantai Pintu Kota

Pantai yang terkenal dengan karang bolongnya. Beberapa tahun lalu setelah kembali dari Ambon tahun 2016, pengen kesini karena tidak ada waktu untuk  mampir kesana. Sekitar 45 menit dari kota dan pantai ini sebagai objek wisata yang banyak dikunjungi. oh iya lokasi tepatnya bisa di google dan pakai Google map atau waze sudah mumpuni koq (kalo nyetir sendiri maksudnya)


Icon karang Bolong Pantai Pintu Kota

Pose andalan πŸ˜‚

Sisi kiri atas tebing karang bolong Pantai Pintu Kota

Sisi kanan atas tebing karang bolong pantai pintu kota


Untuk menuju ke bawah, ketong harus menuruni anak tangga terlebih dahulu, hampir tidak ada  retribusi untuk pecandu alam disini, hanya biaya parkir mobil Rp 15.000 dengan tiket yang sudah lusuh. Ingin santai setelah menaiki anak tangga ?? jang takut!!! ada warung-warung kecil yang menjual sukun goreng, indomie dan yang terpenting ada kelapa muda 😁.

Trek tangga menuju Pantai Pintu Kota

Goa Jepang

Setelah dari Pantai Pintu Kota, ada ide untuk mampir ke Gua Jepang. Menurut yang nganter kami, lokasi mulut Gua juga bagus pemandangan karena langsung menghadap laut.

Yang tidak diceritakan oleh yang nganter ketong dua ini, adalah adanya anak tangga kurang lebih 100 anak tangga untuk turun kebawah Gua. Bolak balik jadi 200 anak tangga..nganaaaaa pikir beta kuat ...???? yaaah tentu sonde hahahaha


Dinding samping sebelum masuk Gua Jepang

Seperti badak yah (halu sonde beta yah πŸ˜“)

Seperti Gajah (nah ini halu juga sonde ??)

View dari sisi kanan mulut gua jepang

sisi kiri gua jepang

Gua jepang ini dibuat pada masa jajahan Jepang, sebagai bagian pertahanan dan pengintaian. itu mengapa ujung mulut gua in menghadap laut. Untuk mengintai musuh yang datang dari arah laut.


Pantai Liang

Pantai kedua yang ketong kunjungi adalah Pantai Liang. Pantai dengan air laut jernih berwarna kehijauan, pantai yang bersih dan fasilitas sudah lumayan untuk pengunjung. Oh iya, jauh-jauh ke Ambon kami sempat bertemu / berpapasan atau tepatnya "menguping" tidak sengaja kan yah πŸ˜‚pembicaraan sepasang wanita dan pria menggunakan bahasa sunda hahahaa..saling pandang pun terjadi dan cekikikan..sunda euuyy (secara ketong dua tinggal di bogor jadi rasa macam kaget ada orang sunda sampe sini πŸ˜€)

Perahu bisa disewa untuk menikmati sekitar jalur pantai liang


Pantai Natsepa

" Jang lupa mampir ke pantai Natsepa yah"

"Rujaknya talalu enak!!"

"Itu semua yang jual mama-mama"

"paling senang makan kacangnya dalam bumbu rujaknya"

"suka ada yang jual ubi goreng ama sambal tumis"

"kelapa muda juga ada disana"



terus dan teruuss dan teruusss hahaha..yang pasti semuanya benar. 


Ki :beta punya - ka : kak opung punya
(lomba cabe πŸ˜‚)

Latar belakang Pantai Natsepa



Su bapedas makan cabe (yang tidak seberapa dibandingkan dengan punya kaka opung), kami kembali melanjutkan perjalanan menuju ke arah kota ambon. 

Ceritanya mau menikmati sunset dari Jembatan Merdeka tapi cuaca tidak mendukung karena mendung. Diterpa angin kencang diatas jembatan pun sempat membuat kami menjadi "pemulung" memungut sampah-sampah yang berterbangan diatas jembatan sebelum akhirnya kami "diusir" oleh seseorang karena kuatir akan keselamatan kami. Untung yang ngusir manis yah kakaaa πŸ˜πŸ˜‹..yah lumayan tapi bisa berburu beberapa foto dari kiri-kanan sisi jembatan.

"pemulung" cantik jembatan merdeka πŸ˜€









Selesai dengan jembatan, selesai sudah juga urusan perut kami. Alias saatnya menikmati makan malam. Dan hari ini, pilihan jatuh pada nasi kelapa. Nasi ini nasi putih, dengan kelapa goreng ditemani dengan ikan bakar sambal dabu-dabu. Enak juga. Jangan ragu-ragu yah untuk coba kulinernya, dijamin enak dan pedeess hahaha




Menutup keseruan hari kedua kami dengan kenikmatan yang sederhana nan nikmat. Kembali ke hotel, bersih-bersih dan jalan-jalan sebentar menikmati malam daerah hotel.

Oh iya, benaran looh kalo Kota Ambon ini jagonya dan sarangnya penyanyi dengan suara merdu. salah satunya tante yang selalu menyanyi di Sibu-Sibu seperti malam itu. Tanta talalu ambeeeelll...😍


Keliling Kota Ambon Manise (Part-2)

Beberapa hari sebelum keberangkatan ketong, tetiba pesan  masuk di salah satu aplikasi chat beta.

      Anak nyasar : "Maaaak"...."Banda neira yuukkk"

      Beta : "iihh b****g ih..beta mo pi ambon, ora ama kei tgl xx"

      Anak nyasar  : "ikuuuutttt"

      Beta :  "hoooohh...nyusul sudah"




Gong Perdamaian

Sebelum menuju bandara, untuk menjemput anak nyasar itu, ketong mampir sebentar ke Gong Perdamaian. Gong yang diperuntukan sebagai tanda perdamaian di daerah konflik. Di Indonesia, ada beberapa daerah yang mempunyai Gong Perdamaian, salah satunya Ambon.


Pantai Batu Bolong

(Setelah dari Gong Perdamaian) ketong pung acara isi dengan menjemput anak nyasar ini yang penerbanganya dari labuan bajo - surabaya - ambon. Setelah ketemu, ketong tiga isi perut dulu. 

Searah dengan bandara, ada satu lokasi pantai yg namanya hampir sama dengan rupa tebing pantai pintu kota. Pantai Batu Bolong namanya. Dikasih nama bolong karena memang ada celah / bolong dan penampakan dibalik batu bolongnya yang begitu indah. Perjalanan pun melewati jalan yang mulus, sekitar 1-1,5jam dari bandara kami sudah sampai. 

Parkir mobil pun seadanya dipinggir jalan, belum ada fasilitas parkir. Untuk ke pantainya ketong melewati warung kecil dan hanya bayar seadanya untuk parkir kepada oma pemilik warung. Ketong tiga pun meluncur turun kebawah jalur treknya dan sonde ada yang  enak..semuanya membutuhkan kekuatan kaki dan nyali untuk manjat itu batu πŸ˜€..sonde enak semuaa hahahaaa..


Trek pertama - tangga dari warungkecil oma

trek kedua 


trek ketiga - senyum bahagia kaka opung dapat trek datar

penampakan batu bolong disamping belakang si Kaka



sisi kiri pantai batu bolong

nah  manjatlah batu itu untuk masuk di bolongnya


dibalik batu bolong

sering dipakai buat berenang dan loncat jika laut  pasang


Puncak Cinta


hahahahaaa ini salah satu tempat yang ketong kunjungi yang bisa dibilang sebagai tempat wisata "korban kekinian". sebagai tempat selfie atau poto-poto saja dan tanpa ketong merasakan sesuatu yang lebih. Seperti pengetahuan tentang tempat itu atau hal lainnya.


Pemandangan dari atas puncak cinta

"kapal" cinta 😁

Dari Pantai Bolong dan Puncak Cinta, ketong lanjutkan perjalanan lagi menuju daerah Maluku Tengah. Karena lokasi benteng berada diantara perbatasan Negeri Hila dan Negeri Kaitetu, Kecamatan Leihitu. Atau kurang lebih 2jam perjalanan dari kota ambon. Benteng ini salah satu bangunan tua yang berusia ratusan tahun dan merupakan bukti sejarah kekuasaan VOC di Ambon, Maluku. 

Pantai Batu Berlayar

Ditengah perjalanan, ketong menemukan Pantai Batu berlayar, pantai dengan karang/batu berbentuk seperti layar kapal, diantara guyuran hujan lebat, beta mengeluarkan handphone untuk mengabadikan pantai ini tanpa bisa lebih leluasa mengambil posisi untuk memotret.


Pantai Batu Berlayar


Benteng Amsterdam

Dikarenakan lokasi yang agak jauh, benteng ini jarang dikunjungi oleh para wisatawan. Hanya wisatawan yang benar-benar ingin mengeksplore Ambon yang rela menghabiskan waktu untuk kesini.


Selamat Datang di Benteng Amsterdam

Anak Nyasar nampang πŸ˜€

Jendela pengintai dr lantai dua benteng Amsterdam

Pemandangan dari jendela pengintai

Langsung menghadap laut lepas

Secara keseluruhan, kondisi bangunan berlantai dua ini masih terlihat bagus, termasuk ruangan yang diperuntukan untuk penjara yang ada di lantai satu.

Tidak ada pungutan retribusi resmi, tapi sebagai biaya pemeliharaan masyarakat setempat membuka buku tamu sehingga tamu bisa mengisi dan memberikan sumbangan sukarela.



Mesjid Tua Wapauwe


Sekitar 5-10 menit berkendaraan dari Benteng Amsterdam, memutuskan untuk melihat Mesjid Tua Wapauwe. Konon awal nama mesjid ini adalah wawane karena dibangun di lereng Gunung Wawane oleh seoang Da'i bernama Pernada Jamilu pada tahun 1400-an. Dimana beliau mempunyai misi menyebarkan agama islam ke 5 penjuru negeri disekitar lereng gunung, diantaranya Negeri Assen, Atetu, Tehala dan Nukuhaly.

Mesjid ini pun kemudian dipindahkan karena makin gencarnya pasukan belanda memasuki wilayah lereng gunung. Masayakat memutuskan untuk memindahkan mesjid tersebut diantara pohon / hutan mangga berabu yang dalam bahasa lokal Kailetu disebut Wapa. Oleh sebab itu, nama mesjid ini pun menjadi Wapauwe atau mesjid yang didirikan dibawah pohon mangga.

Sampai saat ini, mesjid ini masih dipakai oleh masyarakat setempat sebagai tempat ibadah. Dengan ukuran bangunan yang tidak terlalu besar, mesjid ini mampu menjadi bukti sejarah bagi umat islam dengan ciri khas bangunan tanpa paku.

difoto dari arah samping


Papan nama dalam kompleks mesjid

prasasti mesjid wapauwe

dalam mesjid

bahkan ada sejarah tentang mesjid didalam kompleks

shaf dalam mesjid

dari pintu masuk bagian belakang



Banguan tanpa paku

tiang-tiang penyangga banguan mesjid



Gereja Tua Immanuel Hila


Dari mesjid tua, sekitar 8 menit perjalanan dapat dijumpai sebuah bangunan gereja tertua di daerah Ambon. Bangunan gereja yang sederhana, saat kami kunjungi pintu gereja pun tidak terkunci dan seolah kurang terawat. Dalam gereja terdapat 1 mimbar dan 2 baris kursi yang menghadap ke arah mimbar. Dari arah pintu, ada tangga naik menuju keatas berlantai kayu dan hanya 1/4  bagian dari luas keselurahan gereja, dimana kami berdiri untuk memotret dari atas.

Sama halnya dengan Mesjid Wapauwe (bangunan tanpa paku), gereja tua immanuel pun mempunyai ciri khas dalam design bangunannya. Atapnya menggunakan atap rumbia. 

Apa itu atap rumbia ?? Atap rumbia adalah atap yang dibuat dari daun pohon rumbia. Daun rumbia dilipat kemudian disatukan dengan "tulang-tulang" untuk kemudian disematkan kepenyangga atap.


suasana dalam gereja tua

dari  lantai dua



Gereja ini dibangun pada tahun 1659 dan telah mengalami beberapa kali pemugaran. Pemugaran terakhir dilakukan setelah gereja ini (bersama pemukiman Nasrani di daerah Hila) dibakar dan dihancurkan oleh massa pada tahun 1999 akibat kerusuhan.

Nasi Kuning khas Ambon

Selesai berkeliling sekitar daerah ini, ketong kembali menuju kota ambon. mo makan malam deng nasi kuning khas ambon..πŸ˜‚

nasi kuning, dan ikan cakalang tumis lombok


dan setelah makan ini pun kami kembali nongkrong di cafe sibu-sibu sambil mencari-cari info tentang kei kecil.

hahaha maklum jalan-jalan kali ini minim persiapan. Hanya bekal booking mobil dan hotel, kami pun melenggang. Itinerary yang disiapkan juga hanya sepintas lalu dilihat. Beberapa target lokasi sudah disambangin plus ada beberapa lokasi tambahan yang tentu saja menambah wawasan ketong betiga.


Oh iya liat ini dibawah yah hahaha


Kenapa Duo Ambon ??? 😁

( Si Ambon = itu beta, kelahiran Ende, Flores. tapi karena beraut wajah model orang Maluku, rambut keriting, dan berkulit lebih gelap dibandingkan sodara-sodara dikeluarga, oleh beberapa teman saya dipanggil si Ambon)

( Ka Opung = Usi Ivana, Wanita berdarah campur Padang dan Ambon ini, bermarga Likumahuwa. Dengan niat juga menengok kampung halaman juga, jadilah ide jalan-jalan ke Ambon ini terwujud )

( Anak Nyasar = Sadi (dipanggil begitu waktu di Ora), anak bandung yang entah nyasar dari mana pernah ngekost di labuan bajo dengan usaha tripnya, malang melintang kemana-mana macam gak punya rumah dan kadang-kadang gak tau dia ada dimana πŸ˜‚ )



sekian saja cerita tentang jalan bersama kami menikmati alam ambon manise. nanti sambung lagi cerita perjalanan kami ke Ora dan Desa Saleman yah..



Salam dari kami betiga yah kakaaa





No comments:

Post a Comment

Pengalaman Glamping di Trizara Resort

Untuk merayakan ulang tahun Bu DM alias Madam yang ke-50, kita mutusin untuk liburan ke Bandung. Lihat-lihat lokasi dan hotel dilakukan via ...