Jangan Lupakan Kami disini
Panti Asih Kasem
Panti yang didirikan pada tahun 1967 atas prakarsa para dokter dari RS Bethesda, berlokasi Jl. Kaliurang No 21, Pakembinangun, Pakem, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta. Menempati bangunan bekas sanatorium RS Paru Pakem Sleman, Panti ini sebelumnya menampung kurang lebih 110 anak berkebutuhan khusus. Sejalan dengan waktu, penghuni pantipun berkurang terlebih lagi setelah Gn. Merapi meletus, banyak keluarga yang memgambil anak-anaknya. Tersisa 5 orang penghuni.
Kompleks panti yang luas, dengan sebagian kondisi bangunan yang sudah tidak dipakai, jauhnya lokasi panti dari pusat kota/komersial sehingga transportasi, distribusi bantuan pun agak tersendat.
 |
lorong menuju bangunan yang sudah tidak terpakai |
 |
Ruangan kecil seperti bekas tempat piket antara sekolah dan asrama |
 |
lorong menuju asrama |
Terus-terang, tidak terlintas dalam benak saya tentang panti ini. Yang sering saya pikirkan adalah panti yang di jalan kaliurang, seputaran daerah kampus UII yang saya kunjungi beberapa tahun silam ketika kuliah di Yogayakarta.
Kunjungan kali ini pun boleh dibilang mendadak karena request untuk mampir pun di tengah perjalanan kembali dari stonehenges. Ide tercetus dari peserta trip ketika mengunjungi wilayah Sleman. Peserta trip ada yang sudah pernah berkunjung sekitar 2 tahun yang lalu, dan terbesit ingin kembali. Dengan bekal pengetahuan sedikit tentang wilayah itu, dan ingatan dari Bu Sukis, sampailah kami ke lokasi panti ini.
 |
Halaman masuk panti |
Terlihat dari luar bangunan yang tidak dipakai dan seperti tidak ada kehidupan. Saya memutuskan untuk turun duluan dan mencari-cari kedalam sembari meneriakan salam. Akhirnya di sayap kiri kompleks bangunan, ada yang menjawab, suara seorang ibu menyapa dan meyambut saya. Setelah bertanya tentang panti ini dan di konfirmasi ulang dengan benar oleh ibu tersebut, saya kembali kearah parkir bis dan memanggil rombongan ibu-ibu untuk turun.
 |
Penampakan bangunan tidak terpakai |
Suasana sedikit haru bercampur aduk ketika Ibu-ibu menyapa dan mengobrol dengan anak-anak. Diskusi singkat terjadi dengan dua orang Ibu yang mengurus panti ini dan diputuskan untuk membeli jajan dan minuman ringan untuk anak-anak. Dengan meminjam motor seorang Ibu pengurus, akhirnya diputuskan Tuti dan Bu Fifi meluncur untuk belanja di kios kecil sekitar 200m dari panti.
Sambil menunggu, beberapa Ibu pun mengajak menyanyi dan berbagi cerita dengan "anak-anak". Atau boleh saya sebut kakak. Saya menyebutnya kakak karena setidaknya ada dua orang anak yang sudah berusia lanjut sekitar 50-60 tahun dan mereka masih tinggal disini.
 |
Ucok (membelakangi kamera) |
"Perkenalkan saya Ucok. Asal dari Medan. Usia saya sudah 60 tahun, dan tinggal di panti ini sudah lama sekali. Saya sudah lulus SLB setara SMA dan sederajatnya. Saya tidak bisa mengingat dengan benar, saya selalu mengulang-ulang perkataan saya. Tapi saya bahagia".
 |
Indri |
"Nama saya Indri, saya kelas 2 SMP SLB setara kelas 8. Saya suka makan permen dan coklat. Saya juga suka difoto. Saya sudah tidak punya keluarga, tapi jangan kuatir kakak, saya bahagia disini".
 |
Indri x Indri |
Dan ketika tahu nama kami sama, saya berharap Indri mengerti ketika tangan saya menepuk dada saya dan dada Indri bergantian. Maksudnya, mau bilang nama kita sama dan mengajak berfoto bersama.
Kami menghabiskan waktu menyanyi beberapa lagu gereja yang "anak-anak" tahu. Salah satu "anak" bernama Fian, sangat fasih dan hapal dengan lirik-lirik lagunya
 |
Fian |
Setelah dua lagu gereja, salah satu peserta memberi kode tatapan mata kearah saya. Mungkin maksudnya apa tidak apa-apa mereka menyanyikan lagu gereja didepan saya dan Tuti. Saya pun mengangguk sambil senyum simpul dan sedikit ikut bernyanyi. Buat saya agama bukan batasan untuk berbagi kasih, apalagi masa kecil yang saya habiskan di Kota Ende dan Boawae (Flores-NTT), jika sabtu/minggu saya akan ikut ke gereja bersama om dan tante saya. Bahkan sangat hapal dengan Doa Bapa Kami dan Bunda Maria sampai saya SD. jadi kenapa tidak ??? Buat saya tidak masalah, karena hati yang tulus akan bernyanyi dengan bahasa agama manapun 💖💖... setuju ???!!!! hahahaha
Melihat-lihat kondisi asrama "anak-anak" terbersit rasa syukur yang tidak terkira. Bersyukur bahwa saya punya nasib yang lebih baik dengan terlahir normal dan mempunyai keluarga. Sekaligus rasa terharu yang tidak terkira, berpikir bagaimana Indri dan salah satu "anak" perempuan akan tidur berbagi ruangan dengan "anak-anak" laki lainnya, bagaimana jika mereka 'datang bulan', bagaimana mereka bisa tetap tersenyum dengan semua ini ??? bertahan dengan semua ini ??? dan masih banyak tanda tanya melayang layang dikepala.
Sejauh mata mengamati kondisi asrama, bisa dibilang cukup layak buat "anak-anak". Ada ruang makan, ruang nonton tv dan bermain, ada ruang tidur, ada kamar mandi, ada toilet, ada mesin cuci.
 |
tempat tidur |
 |
Ruang Makan |
 |
Ruang Main dan Belajar |
 |
Ruang nonton TV |
 |
Ruang tidur berlima |
 |
Toilet |
 |
Mesin cuci dan kamar mandi
|
Hanya satu yang mereka tidak punya. Keluarga!!. Yah !!! yang mereka tidak punya adalah "keluarga". Tatapan mata mereka seolah berkata jangan lupakan kami. Kami ada disini, bermainlah bersama kami, datanglah berkunjung, menyanyilah bersama kami. Atau kalau tidak bisa datang, cukup selalu ingat kami dihati..Karena kami ada disini.
Dan cerita ini tidak punya muatan apa-apa, tapi semata-mata sebagai pengingat dan pelajaran hidup ketika kita merasa terpuruk dengan masalah kita, seolah-olah kita yang paling menderita. Lalu bagaimana dengan mereka ??!!
Terima kasih sudah menjadi "alarm" dalam hidup saya.
Semoga cerita ini bisa membuat kita menjadi manusia yang lebih baik.
Selamat Jalan-Jalan, Semoga Bisa Jalan Bersama
Salam
Sri
No comments:
Post a Comment