"Pelarian" singkat di Cirebon dan Kuningan
Cirebon, sudah menjadi incaran "weekend getaway". Kali ini memutuskan untuk berangkat Jumat malam, Kereta Api Cirebon Express. Semuanya serba express. Mulai dari rencana, arrange hotel, mobil bahkan booking tiket pun express. Bahkan urusan-urusan sebelum travelling yg biasa diberesin pun tidak saya beresin hahhaa terpaksa malam di stasiun Gambir keliling cari Indomart untuk berbayar bayar..sempat keringat dingin juga karena gak nemu ATM BCA tapi akhirnya aman semuanya dan bisa berangkat dengan tenang. Walau menyeret-nyeret teman jalan saya, untung gak manyun yah hahha
Kereta Api Cirebon Express yang notabene diluncurkan pada bulan November thn 1989, dengan tujuan utam Gambir - Cirebon. Jalur sepanjang 219km pun dilibas aman oleh KA Cirebon Express, total perjalanan sekitar 3jam lebih dan hanya berhenti di 4-5 lokasi stasiun besar : Stasiun Jatinegara, Bekasi, Cikampek, Haurgeulis dan terakhir Stasiun Jatibarang sebelum berakhir perjalanan kami di Stasiun Cirebon.
KA Cirebon Express pun tepat waktu 21:45 meluncur dari Gambir dan 00:58 WIB sampai di Cirebon.
Karena memilih Hotel Amaris yang dekat dengan stasiun, kami pun dijemput oleh petugas dari hotel disambut hujan malam itu jadi hanya berharap sampai cepat hotel, bersih-bersih dan tidur.
Rumah Perjanjian Linggarjati - Kuningan
Sampai waktu sarapan berlangsung, kami belum memutuskan untuk kemana duluan hari itu. Apakah keliling Cirebon atau mengambil jalur Kuningan duluan. Akhirnya diputuskan kami mengelilingi Kuningan pada hari ini.
Tujuan pertama adalah Rumah Perjanjian Linggarjati.
Rumah Perjanjian Linggarjati |
Sekilas cerita tentang Rumah Perjanjian Linggarjati adalah tempat diadakannya perundingan antara pemerintah RI dengan Pemerintah Belanda pasca perang kemerdekaan. Rumah ini sendiri terletak di desa Linggarjati kecamatan Cilimus kabupaten Kuningan. Rumah ini telah berpindah tangan sebelum akhirnya pada tahun 1935 dijadikan hotel. Kemudian pada tahun 1942, Jepang mengambil alih dan berganti nama menjadi Hotel Ryokan. Sampai pada tahun 1945 setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, hotel ini berganti nama menjadi Hotel Merdeka, dan pada bulan November 1946 diadakanlah pertemuan yang kemudian dikenal lebih luas sebagai Perjanjian Linggarjati.
(sumber : Wikipedia & Google)
Beberapa foto sejarah, Rumah Perjanjian Linggarjati |
Secara keseluruhan, bangunan ini masih terawat baik, walaupun tiket masuk masih relatif murah untuk ukuran bangunan kategori museum. Para guide pun masih dengan ramah bercerita dan menemani kami berkeliling termasuk melihat bagian belakang rumah, sumur tua, kolam ikan tua, dapur tua-nya. Perasaan bangga akan kesederhanaan para "pemelihara" rumah ini. Mereka tidak menuntut lebih dan tidak berlaku komersil sehingga menjadikan museum ini benar-benar sebagai rumah. Rumah sejarah yang wajib dikunjungi oleh kaum muda seperti kami. Ok!! berarti ini museum/rumah bersejarah pertama yang saya kunjungi..👏💪
Salah satu jajanan khas yang dicoba |
Lanjutkan perjalanan, kami memilih Curug Sidomba sebagai destinasi berikutnya sambil mencoba jajanan khas Kuningan yang dijual diarea parkir Rumah Perjanjian Linggarjati diantara jejeran bus-bus Pelajar dan Taruna-Taruna yang baru saja masuk. Masuklah anak-anak muda!!..Pelajari dan jangan pernah lupa akan sejarah bangsa kita.
Curug Sidomba - Kuningan
Pertama mendengar namanya..langsung pikir ooohh mungkin curugnya berbentuk seperti domba jadi dinamakan curug domba..hahhaa..tapi entahlah bapak yang mengantar kami hari ini tidak menjelaskan secara eksplisit kenapa dikasih nama curug Sidomba, sampai akhirnya merangkai potongan-potongan sendiri.
Curug ini terletak di Bumi Perkemahan Sidomba, dibawah kaki Gn.Ciremai, konon pertama kali ditemukan oleh beberapa siswa SMP yang sedang "hikking". Ternyata curug ini dahulu kala sering dipakai untuk memandikan domba-domba peliharaannya sehingga oleh pemerintah diberikanlah nama Curug Sidomba.
Akh!!! akhirnya kan tau kenapa namanya menjadi Sidomba. Coba bayangkan kalau misalnya curung dengan ketinggian 3m ini berbentuk benar seperti domba hahahha gak kebayang seberapa jauh kami trekking supaya bisa benar-benar menangkap bentuk domba dari sebuah air terjun..*pemikiran aneh tp yah lumrah hahha
Ketika kami memasuki gerbang, kami dikira rombongan Guru dari salah satu sekolah yang akan berkemah jadi kami melangkah bebas dan tidak dihentikan oleh petugas. Walaupun kami bingung tapi yah sudahlah terima sajah lambaian anak pramuka yang menyuruh terus jalan..Terimakasih dek, harga tiket gak mahal koq padahal, IDR 5000/orang dan tiket parkir sekitar IDR 3000/kendaraan.
Jalur treking menuju Curug Sidomba ini pun sudah ditata menjadi tangga berpagar sehingga bisa menjadi pegangan buat orang-orang yang bermasalah dengan kaki. Dibeberapa titik terking, jalur ini cukup bersih dan asri dipayungi oleh bale-bale empat bersantai dan juga ditemui bapak-bapak petugas sedang menyapu dan bersih. Walaupun fasilitas sederhana toilet dan kamar mandi pun sudah ada untuk pengunjung berganti baju.
Jujur, ditempat ini agak sedikit heran, kenapa curahan dan aliran airnya ada ikan. Terbesit pertanyaan kenapa harus ada ikan, kan kasian nanti keinjak injak dan bisa mati. Oh iya, menurut bapak sopir kami juga, jika cuci muka di curug ini dipercaya akan awet muda dan dilancarkan semua niat dan tujuannya. hhhmmmmm sedikit kuatir dan ragu, tapi dalam hati ya sudahlah saya lanjut moto-moto dan main sajah.
Dan karena penasaran, sampai Bogor saya pun searching di Google 😆 ternyata ada postingan 3 Curug Mistis di Kuningan dan Curug Sidomba ini termasuk didalamnya sehingga banyak pengunjung di akhir pekan dan waktu libur.
Ya amppuunn jadi Mang Basy bisa awet muda dong hahahaha 😋
Cibulan - Kuningan
Selanjutnya kami memilih untuk ke Cibulan, yang notabene terkenal akan ikan dewanya. Konon ikan ini jika mati akan dikuburkan dan dipercaya oleh masyarakat bahwasa beberapa waktu ikan akan menghilang tanpa ada jejaknya.
Sepanjang perjalanan, bapak yang mengantarkan kami juga bercerita tentang Sumur 7. harus cuci muka disitu airnya segar dan terus saja buat penasaran kenapa bisa dikasih nama sumur 7.
Ok, memasuki area parkir, dengan harga yang sedikit relatif mahal ( dibandingkan dua lokasi pertama), langkah kaki saya bertubrukan dengan kolam permandian yang didalam anak-anak berenang dan menyelam. Ajaibnya didalamnya ada ikan dewa ini. Mereka seperti tidak terganggu baik antara ikan dan anak-anak, lemparlah koin yang banyak dan anak-anak ini akan berlomba untuk mengambilnya seperti di perairan Maluku atau penyebrangan Banyuwangi-Bali. Hanya bedanya ini di kolam. Agak aneh rasanya tapi sudahlah.
Diantara retakan ubin kolam pun keluar air yang dingin, ini seperti mata air dari bawah tanah. Dengan pohon besar yang sudah tua ( perkiraan saya sajah) masyarakat tidak ragu-ragu bertedug dan membuka bekal untuk makan dan istrahat.
Sampai pada kolam berikutnya yang isinya kolam adalah ikan dewa. gak nyangka ikan-ikan ini bisa sebesar lengan saya (kalau yang tau saya pasti tau seberapa besar lengan saya 😅). Sumpah ini besar banget untuk ukuran ikan. Dengan warna kulit abu-abu tua, pawangnya menawarkan poto bersama dengan bayaran beberapa ribu, tapi saya memilih untuk tidak poto bersama, selain geli saya juga tidak tega membiarkan ikan dewa itu diangkat dan dipangku atau dipeluk hanya untuk berpoto. Napasnya napasnya baaangg..😢
Cibulan |
Cerita bergulir sampai Bogor, masih dengan rasa penasaran kenapa disebut ikan dewa, saya google. Salah satu sumber menyebutkan konon ikan-ikan ini adalah perwujudan prajurit Prabu Siliwangi yang pembangkang atau tidak setia, mereka dikutuk oleh Sang Prabu menjadi ikan. Konon jumlah ikan ini tidakberkurang atau bertambah, jika kolam-kolam dikura atau dibersihakan, ikan dewa ini akan menghilang entah kemana dan akan kembali setelah kolam diisi kembali...Dan apakah itu benar atau tidak legenda ini, kepercayaan masyarakat setempat tidak berani mengambil ikan dewa ini, karena bagi siapa yang mengambil atau mengganggu ikan-ikan dewa ini akan medapatkan kemalangan.
😆NO!!!! gak kebayang kalau saya setuju berpoto dengan ikan dewa ini, apa akan terjadi seperti fantasi film-film korea yang sering saya tonton ? tiba-tiba tertarik kemasa lalu dan bertemu prajurit-prajurit itu aahh..hahhaa lagi-lagi pemikiran yang aneh
Sumur 7 - Kompleks Cibulan - Kuningan
Tetap dengan alih-alih air yang sejuk dan enak, Pak Ferry bersikeras untuk kami supaya mengunjungi sumur 7. Dari namanya, jujur yang terpikirkan adalah sumur. Yah sumur selayaknya dimasyarakat umum menyebut sumur seperti itu lah yang saya harapkan. Seperti anak domba, kami digiring menuju gerbang kecil bertuliskan "Selamat datang di Sumur 7". Kotak kecil terbuat dari kayu sebagai tiket masuk pun sebagai pembuka yang ganjil. Kata-kata seikhlasnya bergulir dari "guide" kami jadi oh iya ok seikhlasnya karena depan sudah bayar tiket masuk kompleks ini.
Setelah mengisi, langkah saya berhenti karena Mang Basy dan Bu DM juga berhenti didepan sebuah kamar kecil yang ternyata dianggap sebagai tempat yang pernah dipakai sebagai tempat peristrahatan dan pertapaan Prabu Siliwagi. Aroma dupa menyesakan hidung dan kami pun sudah mulai agak tidak suka dengan tempat ini.
Tapi herannya, kami masih terus berjalan menuju lokasi sumur 7 seperti yang disebutkan..Duh!!! ini sumur yang dimaksudnya adalah semburan mata air dari tanah, dikasih no sumur 1, 2, 3 dan seterusnya. Masing-masing sumur pun ada namanya dan ritual mencuci muka atau bahakan bisa mandi, alih-alih akan sebagai ritual keberhasilan, awet muda, atau lainnya. Jujur ini lokasi agak mengecewakan. Bukan karena tidak percaya akan legenda dan tidak menghargai cerita leluhur, tapi karena kami merasa seperti ditodong karena setiap sumur kami harus berhadapan dengan "kotak seikhlasnya". Yaahh akhirnya Bu DM mencairkan suasana dengan bercanda sambil mencuci tangan salaman Man Basy dan saya dengan kata-kata "semoga sukses yah".."semoga dapat jodoh yah".."semoga ini".."semoga itu" hhaaa..dan tambah bengkaklah muka Mang Basy itu karena bete 😁😝.
Sampai dimobil, hal ini dibahas dan akhirnya Mang Basy bisa mengerti kalo sifat bu DM kao sudah bete yang seperti itu dibuat becandaan. Dan yang paling akhir ritual ini, Pak Ferry bilang lupa info kalau kita harus siapin uang kecil untuk keliling Sumur 7. DAANGGG !!!!!
Benar kami merasa seperti ditodong. Mungkin ini masukan bagi pengelola untuk tidak memperbolehkan sumur 7 sebagai wisata umum, tapi hanya wisata religi atau ritual bagi yang percaya. Dan pengunjung seperti kami ini tidak seperti digiring dan akhirnya mempunyai citra buruk tentang tempat itu.
Curug Putri - Kuningan
Kembali lagi karena rasa keingin tahuan kami tentang Curug yang terkenal ini, kami pun memutuskan untuk mengunjungi Curug Putri walau dengan kondisi kantong tengah kami berteriak minta diisi
Jalur yang ditempuh pun sedikit banyak seperti menuju puncak, berliku-liku dengan udara yang sejuk. Jendela mobil pun diturunkan dan mematikan AC, saya pun menikmati sejukanya udara dikulit wajah dengan sayup-sayup mata tertutup mendenganr obrolan Mang Basy dengan bapak didepan seperti didongengkan untuk tidur. Tapi memang benar aneh, tiap naik mobil molor ajah rasanya. Apalagi yang disebelah saya, wanita pejalan yang sudah jadi partner in crime untuk beberapa lokasi jalan. Buka mata makan, naik mobil tutup mata seperti itulah hahhaa.. *punten ah bu DM
Pemilik kaki-kali para "pelarian singkat" |
Memasuki wilayah curug, dengan tiket yang juga sedikit mahal dibandingkan dengan dua lokasi pertama, kami disambut oleh jejeran pohon pinus dtemani asap jagung bakar dan aroma cilok 😅😛 Ya ampuun pas banget kan untuk mengganjal kantong tengah. Bu DM dan Mang Basy berbagi cilok, sedangakn saya menikmati jagung bakar yang buat gigi saya item karena arangnya.
Jagung bakar jadi properti foto 😀 |
Dengan jagung bakar yang masih tersisa, saya sedikit tertinggal dibelakang. Disini pun, jalur menuju curug sudah dirapihkan dengan jalur batu dan undakan tanah batu supaya tidak licin ketika musim hujan. Disebelah kanan setelah jembatan kecil, ada toilet dan kamar mandi juga dengan bagunan permanen. Terus menyebrangi jembatan kecil, jujur saya terlewatkan moment dijembatan, pdahal bagus menambah koleksi foto saya. Ini akibat jagung ditangan dan "mager" mengeluarkan handphone hahaha..tapi sudahlah yang terpenting moment yang diingatkan yah *alibi dr sebuah penyesalan 😂
Jalur menuju Curug Putri |
Kali ini saingan kami para ABG sehingga kami hanya memilih untuk menikmati Curug ini dari kejauhan. Sebenarnya rombongan penikmat curug ini masih kurang satu orang layaknya di grup WA, kami menamakan diri kami "Ancur" alias Anak Curug. Trekking yang lebih berat pun sudah pernah kami tempuh dengan notabene pemilik badan besar ini masih bisa tembus curug-curug didaerah Sentul, Bogor. Jadi ketika menapaki jalur menuju curug-curug ini pun seperti latihan buat kami karena sudah lama juga tidak main ke curug.
Ancur = Anak Curug di Curug Putri, Kuningan |
Oh iya..waktu searching tentang curug Sidomba yang termasuk 3 curug mistis di Kuningan, mau tau urutan nya selain curug sidomba ? 😉
1. Curug Bangkong.
Bangkong atau Kodok. Curug dengan cerita pertapa yang memutuskan bertapa selamanya dan waktu tertentu terdengar suara seperti suara kodok yang kencang, sehingga dipercaya sebagai perwujudan petapa yang menghilang tanpa jejak dan berubah menjadi bangkong
2. Curug Sidomba
3. Curug Putri
Dengan mitos bahwasa sering ada penampakan seorang putri, curug ini juga dipercaya sebagai curug dengan khasiat magis mempermudah jodoh. Bahkan dipercaya hempasan air terjun ini akan membuat kita mengigil kedinginan ketika berada didekatnya.
uuuhhh ya ampun lain kali gak usah searching-searching mengenai sejarah atau legenda suatu tempat yah..jadi semua tempat waktu itu beraura magis 😑
Seperti saya mendorong diri ke jurang keputusasaan akan keingintahuan mengenai suatu daerah. Cukup dengan baca "Bismillah" dan permisi dalam hati sajah, semoga saling tidak menganggu dengan sang pemilik tempat, aman sudah begitu petuah mak haji dirumah hahhaaa.
Akhirnya selesai sudah keliling Kuningan, kami kembali menuju Cirebon, sambil mengisi kantong tengah yang sudah menyerah memerintah otak kami untuk makan. Pemberhentian selanjutnya adalah Resto dan Rumah Oleh-Oleh di jalan raya menuju Cirebon. Ramai pengunjung, tapi tidak menghalangi saya menemukan jajan pasar zaman dahulu yang masih dijual di keranjang dengan harga IDR 4000, setangkup tangan penuh saya mengembat depan kasirnya hahhaa.. Kami memilih tempat duduk di joglo belakang dengan suasana asri, suara burung ditemani hangatnya teh poci. What a perfect place to take a rest
Interior Seberang Joglo |
Sedikit berkeliling kota Cirebon, menghabiskan waktu sore sambil melihat-lihat lokasi gereja untuk Bu DM besok harinya, kami putuskan untuk memilih makan malam diluar.
Malam menjelang, hujan mengguyur kota cirebon, tidak menghalangi kami mencari nasi jamblang. Target kuliner yang sudah dirancang dari Jakarta, harus makan ini kata teman kami. Memilih naik becak malam, kami membelah jalanan mencari warung nasi jamblang yang masih buka. Dibawa lah kami menuju Nasi Jamblang Bu Pitri. Dibawah guyuran hujan, kami terpaksa jalan menuju warung, karena becak tidak bisa lewat ada tumpukan galian jalan. Lokasi warung bu Pitri ini tidak jauh dari perempatan Tryas Hotel.
Bu Pitri dan Suami siap melayani. |
Nasi Jamblang
Apa itu Nasi Jamblang ?
Nasi putih yang disajikan dengan bungkusan daun jati, porsinya seperti porsi Nasi Kucing Yogyakarta, hanya bedanya dalan bungkusan daun jati tidak ada lauk pauknya. Sedangkan Nasi Kucing sudah ada tempe orek atau telur dadar dan bawang goreng.
Nasi Jamblang pun tidak akan lengkap tanpa menikmati lauk pauknya yang disajikan terpisah. Tinggal pilih menuya, ada ayam goreng, otak-otak goreng, sate kerang, tumis cumi tinta itam, dan masih banyak lauk pauknya. Harganya pun sesuai dengan lauk yang dipilih.
Pilihan lauk pauk |
Rekomendasi pertama adalah Nasi Jamblang Bu Nur, tapi karena hujan dan lagi senang menikmati naik becak, akhirnya kami hanya bisa menikmati Nasi Jamblang Bu Pitri. Menurut saya seh ini ok, apalagi cumi tinta itamnya. Seperti makanan mak haji dulu 😆
Jadi hari pertama kami di Cirebon sudah cukup dan saatnya membenamkan badan dibalik selimut.
Hari kedua, sambil menunggu bu DM ke gereja pagi, saya bebas molor sampai jam 7 pagi. Sampai gedoran dikamar dan suara nyaring bu DM "ya amppuunnn masih tidur!!!".."banguunnn".. "ada nasi lengko ini hayook makan"
Teriakan pertama tidak membangunkan saya hahaha..sampai dengar kata-kata nasi lengko berakhirlah ringkukan dalam selimut, langsung mandi dan sarapan Nasi Lengko yang dibawah ke resto hotel. Jadi sarapan saya menu nasi lengko dan makanan sarapan hotel..sikaaattt 😀
Nasi Lengko
Setelah Nasi Jamblang, Nasi Lengko menjadi sasaran perut kami dan pemuas rasa lidah untuk kuliner khas cirebon kali ini.
Nasi Lengko selayaknya nasi pecel, isinya berupa nasi ditaburi dengan potongan ketimun, tauge, daun bawang, irisan tempe, dan tahu. Kemudian campuran ini disiram dengan bumbu kacang yang agak pedas ditutup dengan taburan bawang goreng dan irisan daun kucai.
Dengan porsi sedikit menjelang sedang (menurut saya), nasi lengko ini memang pas untuk sarapan. Tidak terlalu berat, cukup mengganjal perut dan yang penting harganya juga pas. Entah diwarung mana bu DM membelinya, tapi yang pasti setelah dari gereja, bu DM keliling dan minta dianter ke warung yang jual Nasi Lengko. Makasiihhh bu DM 😍
Nasi Lengko |
Seperti kebanyakan kota lainnya, hari Minggu di Cirebon pun diisi dengan Car Free Day (CFD), dan karena lokasi hotel kami yang masuk dalam jalur CFD kami bisa menikmati suasana dari jendela kamar saat pagi.
Hari kedua di Cirebon, diputuskan untuk mengunjungi Keraton Cirebon. Sebenarnya ada 4 kompleks keraton :
1. Keraton Kesepuhan
2. Keraton Kanoman
3. Keraton Kecirebonan
4. Keraton Keprabonan
Semua keraton mempunyai arsitektur atau gaya bangunan yang khas gabungan dari kebudayaan Islam, Cina dan Belanda. Ciri khas keraton Cirebon selalu menghadap ke Utara dan ada mesjid disekitarnya. (sumber wikipedia & Tweet Cirebon)
Menimbang segala segi termasuk waktu untuk kembali ke Jakarta, kami memutuskan hanya mengunjungi Keraton Kesepuhan. Dan transportasi yang kami pilih pun : KAKI alias jalan kaki dari hotel sambil menikmati kota Cirebon. Ajiibbb euuyy..siap siap pegel hhahaha.
Kota Cirebon
Seperti yang direncanakan, kami memilih jalan kaki, menyusuri jalur CFD, kami benar-benar menikmati kota ini. Santai sajah berjalan walaupun saya selalu tertinggal dan ditinggal gegara banyak berhenti untuk mengambil foto, tapi akhirnya mereka maklum hahhaa
Kantor Walikota Cirebon |
Salah Satu Bangunan Pemerintahan Kota Cirebon
|
Suasana setelah CFD dan jalur yang dipilih berjalan kaki
|
Sambil jalan terus, tanpa terasa kami memasuki wilayah pecinan lah kalau kata orang mah. Beberapa bangunan tua dan sebagian toko yang masih tutup. Iseng saya memperhatikan nama-nama toko dan tanya kepada bu DM dan Mang Basy.
Apa nama toko yang sama di seluruh kota di Indonesia ? percaya atau tidak ini ada looohh 😆 dan pertanyaan itu tidak ada satupun jawaban yang benar.
Toko Paris jawab saya. Coba sajah di bogor ada Toko Paris (toko emas), atau Toko Paris ( toko kue), atau di kota Ambon juga ada Toko Paris ( toko emas), di Semarang juga ada Toko Paris (toko emas0 dan terus sambil tertawa saya menyebut nama toko dan kota yang saya tau. Akhirnya mereka setuju dan angguk-angguk sambil terus berjalan.
Memasuki satu perempatan kami melihat ada Vihara di pojokan jalan, dan akhirnya kami mampir dan masuk untuk melihat-lihat. Sebenarnya ragu-ragu untuk masuk, tapi ajakan seorang bapak berbaju merah mempersilahkan masuk tanpa menanyakan kami mau apa, tanpa curiga, tanpa larangan, jadi membuat kami tidak ragu untuk melangkah masuk.
Terimakasih Pak |
Vihara Pemancar Keselamatan ( Boen San Tong) - Kota Cirebon
Vihara dipojok jalan Winoan ini termasuk Vihara pertama dan yang terakhir kami masuki di daerah Cirebon ini. Vihara dengan ornamen berwarna merah menyolok ini pun menyambut kami dengan ramah, berbagi cerita diantara hiruk pikuknya pagi diluar vihara. Dibangun pada tahun 1894, menjadikan vihara ini sebagai tempat tujuan utama umat Budha bersembahyang. Selain umat Budha, penganut kepercayaan dan juga Kong Hu Cu adalah umat yang rutin beribadah di vihara ini. Cerita pun bergulir bahwasanya vihara ini ada hubungan dengan salah satu vihara terbesar di Semarang Vihara Sam Po Kong.
Interior dinding ruang sembahyang, Vihara Boen San Tong |
Dengan rasa sungkan, saya tidak ingin mengganggu umat yang sedang bersembahyang, saya urungkan niat untuk mengambil foto. Tapi oleh bapak dan umat saya dipersilahkan untuk mengambil foto. Sedikit hati-hati saya melangkah untuk lebih mendekati ruangan sembahyang
Tampak luar |
Begitu juga ketika saya semakin mendekati area sembahyang tambah semakin sungkan. Akhirnya memutuskan hanya mengambil gambar dari luar dan samping pintu area sembahyang.
Tampak samping |
Setelah berpamitan, kamipun kembali berjalan kaki dan konsentrasi menempuh jalur menuju Keraton Kesepuhan. Tapi lagi-lagi kami berhenti disalah satu sudut kota. Mampir sekalian istrahat dan menikmati makanan kecil di Sago Oriental. Mengusung tema tempo dulu, tempat ini lumayan sebagai persinggahan yang lumayan santai buat kami.
Interior Sago, Cirebon |
Akhirnya setelah menikmati sajian, kembali harus melanjutkan langkah kaki. Mendekati lokasi kami kembali menemukan bangunan tua yang merupakan bangunan bekas gedung British American Tobaccos, Anno 1924. Bangunan ini juga masih lumayan kokoh berdiri ditengah kota.
British American Tobaccos, Anno 1924 |
Masih jauh lagi kata anak-anak muda yang kami temui siang itu ketika bertanya arah menuju keraton. Ya ammppuunnn kaki hayati mulai lelah hahaha..
Keraton Kesepuhan - Kota Cirebon
Melewati sekitar 2-3 belokan dan jalanan, akhirnya kami melihat tanda-tanda kehadiran bangunan keraton itu. Sudah saatnya!!!..Tapi tetap ajah kami masih ingin jalan dan berkeliling lumayan dalam kompleks keraton. Salah satu yang dikunjungi ada Museum Kereta Singa Barong.
Kereta Singa Barong |
Yang paling unik, beberapa bagian dinding dari bagian bangunan dalam keraton dihiasi dan ditempel dengan potongan ubin-ubin kecil bergambar seperti potongan-potongan cerita berseri yang jika disatukan menjadi suatu cerita
Mozaik dinding bangunan keraton |
Taman Indrakila, Keraton Kesepuhan, Kota Cirebon
Bagian samping area keraton pun tidak kalah unik. Kali ini kami menemukan taman yang terbengkalai. Taman Indrakila namanya. Dengan celuk yang sudah tertutup tanaman enjek gondong, taman ini pun masih indah.
Sisi kiri Taman Indrakila |
Bahkan ketertarikan saya mulai terusik dengan menemukan patung-patung kayu berbentuk binatang. Ada Singa, kuda, kerbau dan beberapa binatang lainnya. Uniknya patung kayu ini terbuat dari potongan-potongan kecil seperti main puzzle. Pikiran aneh pun mulai mengeliat, ini kapan dibuatnya ? apa baru satu dua tahun lalu ? atau sudah bertahun-tahun lamanya ? Entahlah sampai sekarang saya masih belum menemukan jawabanya. Hanya ada kekaguman sajah.
Patung kayu yang unik. |
Intinya keraton ini unik, walaupun tidak terlihat seperti keraton Yogyakarta yang dipenuhi oleh abdi dalem, tapi keraton ini juga terbuka untuk umum dan kami sempat ditawari bisa bertemu Kanjeng Ratu. Agak sedikit aneh dengan tawaran ini tapi akhirnya kami memutuskan untuk menolak dengan halus tawaran walapun dengan janji "seikhlas"nya sajah. Dan rombongan ibu dan satu anak laki-laki memasuki gerbang terpisah disisi kanan bangunan utam untuk bertemu dengan Kanjeng Ratu.
Tanpa menghakimi apa tujuan pertemuan ini, saya tidak berpikir panjang untuk jadi orang pertama yang menggeleng untuk menolak tawaran ini.
Selesai berkeliling kami kembali menuju arah pintu keluar. Kembali disini kami menemukan semacam aula pertemuan yang besar dan beberapa petugas sedang berjaga disampingnya. Berbeda dengan Abdi Dalem Keraton Yogyakarta, petugas ini sedikit tidak perdulikan pengunjung, tidak ada senyum ramah dan terkesan cuek. Yah gak apa-apa lah malah kami bebas, cuman kepikiran bagaimana keamanan keraton ini kedepannya
Joglo pertemuan disamping bangunan keraton |
hhahahaha adalagi yang unik, disamping aula ini kami melihat papan pengumuman tempat permandian keraton dan semacam pertapaan kecil didalamnya..Lagi lagi yah tentang ritual. Tapi tidak apa-apa ini untuk yang percaya hal tersebut adalah sah-sah saja.
Gerbang Utama bagian samping |
Selesai sudah keliling keraton dengan segala macam cerita dan analisa kami hahhaa..saatnya kembali ke hotel dan mengejar Empal Gentong Mang Darma. Tawar menawar becak pun terjadi, yang pada akhirnya kami mengakui kalo lokasi ini benar-benar jauh dan gak kebayang sudah berapa kilo kami berjalan dari hotel menuju keraton. ckckckkckk ide gila Mang Basy tapi akhirnya kami menikmati banyak cerita walau dengan muka lelah
Empal Gentong Mang Darma
Wanti-wanti jajanan yang harus dinikmati diakhiri dengan empal gentong ini. Ramai pengunjung siang itu walau sudah agak lewat jam makan, tapi tetap saja kami tidak kebagian tempat duduk. Sampai ada yang berbaik hati bangun secepat kilat makannya selesai sehingga kami bisa duduk menikmati dalam satu meja.
Ya amppuunn ibu-ibu pelayan nya rempong semua karena banyak pesanan yang datang. Akhirnya cicil nasi, kemudian empal gentong dan ditutup dengan kerupuk kulitnya mantap banget. Ini rekomen banget untuk menikmati Empal Gentong Mang Darma. Lapar yang memuncak buat kami tidak sempat mengobrol hanya tertunduk konsentrasi pada semangkok empal. Enaaakk 😆😁
Empal Gentong Mang Darma |
Kerupuknya 😘
Kerupuk Kulit asli 😀 |
Sambalnya puuunnn..hati-hati pedas banget kata mas yang duduk depan saya ketika tangan saya meraih sendok sambalnya. Mau tau sambalnya kayak apa ?
Coba tebak
Cabe Kering giling |
Saya rasa sambal ini cabe kering giling tanpa campuran lain. Asli pedas banget hahhaa..
Ketika membayar dan ingin pulang, kami mengetahui ada rombongan tamu yang sudah duduk dan pesan tapi tidak kebagian empal gentong karena habis dan mereka tidak memasak tambahan. Yang kalau habis yah sudah tutup warung. Beruntung kami datang cepat, kalau tidak gigit jarilah kami.
Kembali ke hotel dengan perut kenyang, kami masih mampir disebuah outlet untuk window shopping ceritanya. Tapi lebih tepat karena sudah kebelet mau pipis katanya mamang hahhaa.. Ya wes gak rugi ini, kan belanja sambil numpang kebelakang. 😂
Santai dihotel menunggu waktu, sempat bersih-bersih dan rencana jalan kaki lagi ke stasiun akhirnya gagal, karena Cirebon kembali diguyur hujan. Alhasil berpikir wah hebat berarti perjalanan yang direstui, datang dan pulang hujan dan ketika keliling kuningan dan cirebon siang harinya sama sekali tidak hujan.
Jadi bisa benar-benar explore dan menikmati semua cerita Kota Cirebon dan Kuningan.
Oh iya tentang asal muasal nama kota Cirebon, sudah sempat dijelaskan di IG saya @sriindriati2 jadi bolehlah mampir melihat dan membacanya.
Satu lagi sebagai penutup, Kota Cirebon juga terkenal dengan batiknya. Jangan lupa mampir dipasar Trusmi atau beberapa toko didekat pasar pun menawarkan banyak batik bahkan belajar membatik pun kita bisa. Jadi hayok luangkan waktu dan nikmati semua yang ada di Cirebon.
Paket Belajar Membatik |
Saatnya tiba untuk pulang.
Kereta Api Cirebon Express membawa kami dengan selamat kembali ke Jakarta.
Terimakasih Cirebon dengan semua ceritanya. See you when I see you 😃
See you when I see you |
Terimakasih sudah menjadi cerita dibagian perjalanan nona flores kali ini yah.
Selamat Jalan Jalan, Semoga Bisa Jalan Bersama
No comments:
Post a Comment