Saturday, September 21, 2019

Jalan-jalan bersama Bolangers ke (Semarang) Yogyakarta




Wacana !!!!
Selalu itu kata-kata mujarab dan pamungkas buat bolangers ketika gagal jalan-jalan 🤣.

Ah males ujung-ujungnya wacana!!!
Hahahhaa yah gitulah manusia-manusia santai yg gk ngoyo untuk liburan walaupun sudah menabung hampir lebih dari setahun.

Yakin lu bisa izin ??!!
Yah bisa diaturlah itu mah. Yang penting tentuin ajah dulu tanggalnya, booking air bnb, itung-itung biaya dll dulu baru cuussss

Sesudah Lebaran atau sebelum puasa ??
Atau tanggal 18 April ajah ?!
Aduh jangan atuh aa, siapa  tahu belum beres di TPS-nya.
Oh ya udah atuh, kalau gitu abis Lebaran ajah
Kelamaan bruurrr
Ya kalau gitu sebelum puasa
Ok deal gak tanggal 26 April ?
Baelaaah !!!
Deal!!!
Ok!!!

Yakin lu pada mau roadtrip ??!!
Cikunir sampe Cikampek pasti macet banget.
Gak apa-apa, santai ajah nyetirnya juga
Gak usah ngoyo, sejalannya ajah lah

Ok!!!
Siaappp!!!

8 hari sebelum tanggal 26 April, gunjang-ganjing mulai terjadi..🤣..Ada yang ragu-ragu bisa cuti apa gak, ada yang ngepush untuk kasih kepastian cuti, ada yang dengan mantap info bisa cuti, ada yang woles-woles ajah, ada yang timbul tenggelam komen di group. 

3 hari menjelang hari H, pembicaraan mulai intens terjadi di wa group bolangers. Dari yang ganti mobil, perincian biaya, bahkan jam keberangkatan untuk hari H pun maju mundur cantik 🤣..
Berakhir dengan kesimpulan menggunakan mobil AA Gilang dan jam berangkat jam 2 siang dari Bogor kemudian akan bertemu dengan Mang Babas di km 19.

(perkenalan tentang grup kami = Bolangers)
oh iya flash back sedikit tentang siapa dan apa itu bolangers. Awal bertemu kami (Gilang, Basyarah, Bu Myrna dan beta) adalah teman kerja satu kantor di salah satu representative office bergerak di bidang garment yang berlokasi di Bogor.
Kebersamaan dimulai dan naman "Bolangers" tercipta setelah kami semua mencar dan keluar dari kantor tersebut. Bertemu hanya sekali-kali dan berencana trip tipis-tipis disekitar Bogor. Dimulai dengan Curug Leuwihijo, Barong, Leuwicepeut dkknya akirnya kami kasih namanya sajah grup kami Bolangers. Tukang Jalan aliang Tukang bolang ( main = dolan = jalan-jalan). Sampai akhirnya grup kami menjadi saksi Gilang menikah dan sang istri Delvy menjadi anggota kami. Bertambahnya Delvy jadi para wanita lebih ramai hahahaa..apalagi Jeng Delvy didaulat menjadi bendahara  grup, jadi makin mantap kami menabung untuk rencana trip bersama.


Tanggal 26 April 2019
OK..kita lanjutkan cerita tentang road trip yah..Pas hari H-nya, dengan titik meeting point di Damri Botani Square, kami pasukan Bogor (Gilang, Delvy, Bu Myrna dan beta) bertemu on time. Tawar menawar siapa yang nyetir pertama antara beta dengan Gilang dan akhirnya diputuskan Gilang yang menyetir. Okkeee cusss brengki lah kami. Riuh rendah saling mengobrol dalam perjalanan sampai berhenti menghilang suara karena ter"kunci" dalam kemacetan Cikunir dengan projek ruas jalan tidak terasa menghabiskan waktu sekitar 1.5-2 jam pelan-pelan membelah kemacetan. Dan tidak terasapun kita sampai di KM 19 - meeting point kedua untuk bertemu Mang Babas yang dari arah Jakarta. Memang dari awal perjalanan ini santai jadi kami tidak tegang atau ribut tentang macet tapi hanya benar-benar menikmati perjalanan.

Ngopi-ngopi tipis, istrahat Sholat, belanja cemilan, dan antri ATM pun menjadi aktivitas kami selama mengisi waktu di KM 19. Setelah selesai semua dan bertemu Mang Babas, cuusss atur posisilah kami dalam mobil. Yang awalnya satu orang mau dibelakang, berakhir dengan kursi belakang isinya barang-barang kami termasuk perbekalan dan taraaaa!!!! muatlah looh kami para wanita bertiga ini di kursi tengah hahaha..(ppsstt mohon diingat "bemper" beta dan bu DM lebih besar dan hanya Jeng Delvy yang kecil 😆). Perjalanan dilanjutkan masih dengan Gilang yang menyetir sampai KM 59 berhenti untuk Sholat Maghrib dan makan malam. Karena sepanjang perjalanan ada pembahasan tentang KFC, niat makan malampun terlaksana dengan 1 bucket ayam goreng KFC isi 9 potong diringi dengan hujan yang mengguyur saat itu.

Lanjutkan perjalanan dengan mengganti Mang Babas dibalik kemudi. Dan dasar kami para pejalan "tua bangka" baru hujan dan dingin sedikit, semua sudah mengeluarkan jacket dan sweater untuk menhangatkan badan dalam mobil. Hujan yang lumayan lebat membuat kami semua waspada dan saling membantu, tentu sajah dengan ngobrol yang tidak putus-putuskan. 

Istrahat ketiga pun kami lakukan sekalian ke toilet dan istrahatkan mobil sebentar (tapi lupa di KM berapa itu). Dengan Mang Babas di balik kemudi, mobil kembali di pacu dan memasuki wilayah tol CIPALI. Woooww roadtrip ngetes tol baru dari awal niat pun membuat kami semangat. Walau agak sedikit rancau dengan petunjuk jalan yang exit Yogyakarta, tapi akhirnya kami mantapkan tetap di jalur tol. Gas pooolll Mang !!! 😆

Sekitar jam 12 malam lebih, kami memutuskan untuk berhenti lagi di rest area, istrahat sebentar sambil mengisi BBM. Tapi sayang rest area yang kami masuki tidak punya proper pom bensin dan hanya ada satu pom kecil di ujung jalan keluar rest area. Diskusi tentang singgah di Semarang pun terjadi mengingat waktu yang sudah lewat dari target untuk masuk Yogya (dikarenakan macet Cikunir tadi). Mang Babas mengontak Prast (salah satu teman yang dulu sekantor dengan bolangers) yang tinggal dan kerja di Semarang.

"oohh lu masih daerah situ ?? Masih jauh itu..belum lagi keluar Bawen lu"
"Udah ke Semarang ajah dulu istrahat semalam"
(kemudian rundingan bolangers pun terjadi dan setuju untuk istrahat di Semarang).

"ini gue kasih no guest house yang bisa lu sewa semalam"
"ok, makasih Prast"
(Menelpon guest housenya dan ternyata sudah penuh)

"penuh euuyy, Prast"
(dikostnya prast ajah atuh kalo bisa sewa 1 kamar untuk wanitanya dan laki-lakinya bisa dikamar prast kan - para wanita ini memberi ide).
"di kost lu ada kamar kosong gak ?"
"bentar gue tanyakan ke ibu penjaga kost-nya"
"ok"

Dengan Gilang yang memegang kendali setir, gaasss kembali pooollll dan semangat baru lagi karena memang sebenarnya sudah lama juga punya rencana untuk main ke Semarang..daannnn pagi buta, sepertinya rencana kami akan terlaksana.

Exit toll Kali Kangkung pun kami lakukan. Memilih jalur yang kosong, tap kartu pertama gak terbuka gerbang, tap kedua lagi masih tidak bisa dan akhirnya membunyikan klakson untuk tanda  memanggil petugas. Suara klakson kami pun disambut oleh seorang petugas yang datang menhampiri. Dengan sigap langsung membuka "laci belakang" dari mesin tap

"saldo tidak cukup mas"
( angka tertera IDR 65.900 di mesin setelah tap pertama dengan tetap tangan kirinya masih di bagian belakang mesin menekan sesuatu)
"gak  mungkin mas, tadi terakhir saldo mash ada 400ribuan'

"no seri kartu gak cocok mas, gak sama dengan yang terakhir tap"
(dengan tangan kirinya yang masih dibelakang mesin menekan sesuatu)
"gak mungkin lah mas !! cuman bawa satu kartu"

teettt..teeettt..klakson dari mobil di belakang pun mulai meneror. Kesal dengan ketidakmengertian mobil belakang, para wanita bolangers pun ikut emosi dan teriak 
" sabar ooii ini mesinnya gak bisa"
"brisik lu"
"gak ngerti amat lu"


bla bla bla pun terjadi dan lanjut argumen dengan mas petugas itu dan akhirnya kami harus membayar 275rban untuk bisa membuka gerbang dan melanjutkan perjalanan. 

"udah jalan ajah"
(saking emosinya, sampai gak ambil kembalian dan tiket tolnya).

Semua teori mencuat setelah kami lanjutkan perjalanan. Masih dengan keyakinan bahwa saldo kami ada dan menyesal tidak memotret wajah "oknum" mas petugas itu membuat perjalanan menuju Semarang semakin “injak” gas supaya cepat sampai dan mencari Alfamart / Indomart untuk mengecek saldo E-toll kami.

dan tau gak ??? saldo kami memang masih banyak dan semakin keras dugaan kami bahwa duit 275rban itu masuk kantong "oknum" mas petugas itu karena tidak keluar karcis dengan dalih macam-macam mas petugasnya. 

Tapi dasar kami yaahh..sudah merasa dikerjain seperti itu juga pun, kami  masih mengakui "kehebatan mental" mas petugas itu yang tidak gugup dan "santai" melawan argumen 5 orang bolangers. 1 lawan 5 cooyyy..buat yang kerja di dunia garment, pasti tau kan bawelnya merchandiser kalau beradu argument ?? ahhhahaha dan mas "oknum" petugas pun menang cooyyy hahahha..

dan masih untung kami menyimpan bukti kertas terakhir tap sehingga membuat kami mantap menyebut mas petugas itu sebagai "oknum". Oh iya, satu lagi hikmah dari kejadian ini, selalu mengecek no kartu E-toll kita dengan nota toll yang ada, jadi kalo ada alasan nomer kartu tidak sama, kita semua bisa memberi jawaban.

CN:603298XXXXXXXX59 no kartu yang tertera di kertas bukti toll





Bukti saldo kami pun masih ada Rp. 468.000 lagi dan pelajaran yang sangat berharga kami dapatkan bahwa dengan zaman yang mulai cashless beginipun masih ada celah buat "oknum" untuk bermain curang. Terima kasih yah Mas petugas tol Kali Kangkung untuk pembelajaranya.

Kekesalan kami pun sudah mulai reda dengan melihat muka Prast yang datang menghampiri dan menjemput kami di Indomart dekat perempatan ADA Swalayan Semarang. Dan buat beta yang pernah tinggal dan kerja di Semarang senang bangeettt karena bisa melihat lagi dan menceritakan dengan semangat bahwa kontrakan beta dulu di belakang ADA Swalayan ahahhaa.

Roadtrip bolangers yang pertama berlabuh di kota Semarang.
Lupakan Kali Kangkung.
mari ngorookkk.
hahahaa


27 April 2019
Semangat baru di hari yang cerah. Istrahat lumayan dengan kamar yang bersih pas banget buat ngecharges tenaga Bolangers. Dan dasar kami tukang jalan yah, walaupun mulai tidur jam 1:30 pagi tidak menghalangi kami untuk bangun pagi dan menjalani aktivitas mandi, ngopi dan bersiap untuk melanjutkan perjalanan.

Mendadak terjadi "pembajakan" orang Semarang untuk menemani kami jalan-jalan. Pak Tri Ananto pun akhirnya berhasil dibujuk oleh Bu Myrna untuk joint ke Yogya. Rencana diatur dan cusss kami menuju sarapan Soto de perempatan antara Kota dan Ungaran.

Picture by Jeng Delvy


Selesai sarapan, lanjut menuju Lawang Sewu, perkiraan waktu untuk explore sekitar 1-2 jam, sebelum makan siang kita harus meluncur menuju Ungaran untuk lanjut ke Yogyakarta. Makan siang di Sate Klatak Ungaran sebagai meeting point dengan Prast dan Pak Tri Ananto. Sate Klatak, sate daging sapi yang rasa hampir sama dengan Maranggi (kalo di Sunda/ Jawa Barat), sop sapi, atau tongseng juga bisa.


Pasukan komplit.. 😀


Dengan mengambil jalur Tol Semarang - Bawen, rombongan terbagi dua, satu mobil sebagai pembuka jalan dan penunjuk arah jalan berisikan rombongan kelas ringan Prast, Pak Tri dan Mang Babas dan mobil kedua berisikan rombongan kelas berat  Aa Gilang, Jeng Delvy, By Myrna dan beta. Sopir AKAP pun siap beraksi dengan navigator bu Myrna duduk disamping.

Gasss !! tanpa berhenti, tempel trus, ada kalanya saling nyalip di tengah kemacetan. Berhenti di beberapa titik peristrahatan dan memasuki wilayah Surakarta kurang lebih 2 jam-an




"Capek gak ??"
"Gak" 

mungkin karena senang jalan bareng jadi capek pun tidak berasa, hanya rasa pantat pegal hahaha (sama aja joonnn 😀). Memasuki wilayah Yogyakarta tepat Adzan Maghrib dan memutuskan untuk langsung menuju lokasi penginapan Air BnB yang sudah diurus oleh Bu Myrna. Penginapan bernama Omah Yoja ( dibaca Omah Yojo), untuk 2 malam kedepan buat kami bertujuh. Lokasinya pun sekitar 10-15 menit ke Malioboro, Wi-Fi , Kamar AC, dan yang terpenting banyak jajanan lewat termasuk wedang ronde hehhehe..




Istrahat sebentar, kembali ke jalanan menuju lokasi Warung Bakmi Jowo Mbah Gito. Ok, siap-siap antri dan bakal lama makanan datang, tapi yah masih standard lah gak terlalu lama juga makanan sudah datang sesuai pesanan. Mungkin karena kami bawa santai, mengobrol dan foto-foto sehingga tak terasa waktu menunggu makanannya. 






Awalnya mau foto atau  video dari dapur warung, tapi sepertinya akan panjang urusanya mengingat suasana ramai dan mungkin tidak diperbolehkan oleh mereka, jadi hanya foto ayamnya sajah hahaha

ayamnya seksiihh yah 😀

Beres makan, rombongan kembali ke Omah Yojo. Beberapa ide untuk "jalan malam" agak tidak terlaksana mengingat besok pagi sekitar jam 3 pagi harus berangkat untuk mengejar sunrise di Puthuk Setumbu. 

Eiittsss tapi akhirnya pasukan berisikan 3 orang keluar malam juga dan sekitar jam 2 pagi  baru pulang. Giliran mereka pulang tidur, yang lainnya bangun mandi untuk persiapan menuju Puhtuk Setumbu. Alhasil, sunrise gak dapat tapi tetap kami menuju ke lokasi. Karena dari awal perjalanan ini tidak ngoyo yah santai ajah sedapatnya saja kata anak-anak bolangers.


28 April 2019
Malah Kami beruntung untuk naik ke Puthuk Setumbu dan tidak mengejar sunrise, karena menurut bapak-bapak penjual gorengan "ora no matahari nek koq, mendung tadi"..dan ketika kami naik kebanyakan orang pada turun, jadi lokasi Puthuk Setumbu seperti milik pribadi alias sepi hahaha

Hari ini pun kami habiskan untuk explore dan bersantai, mengingat sore harinya kami aakan kembali ke Jakarta, dengan target jam 3-4 pagi masuk Jakarta.

Puthuk Setumbu, selain bisa menikmati matahari terbit dan kabutnya yang menyelimuti Candi Borobudur, Gunung Merapi dan Gereja Ayam, sekarang ada wahana lain untuk swafoto seperti kami nampang ini



Yuk ngopi !! Ayookk..meluncur turun dari Puthuk Setumbu dan tetap rombongan mobil pertama sebagai penunjuk jalan, kami sampai di Warung Kopi Badhek. Warung kopi yang terletak di belakang  halaman parkir Candi Borobudur, dan kami bisa melihat mbil VW combi berseliweran dari arah Candi. Karena di Candi Borobudur sekarangpun ada wahana keliling candi dan melihat suasana pedesaan mengunakan mobil VW.

Warung Kopi Badhek ini benar-benar 100% masakan desa, bahan-bahanya pun dari kebun dan yang pasti disini murah meriah banget. All you can eat ada paket idr 7500/orang. Nasi putih, sayur 2 macam, bihun goreng dan kalo ingin ikan atau ayam bisa pesan sebagai menu pendamping dengan harga terpisah. Foto after till before yah..hhahaa

sesudah makan, salah satu sudut di Kopi Badhek

sementara menunggu lele mangut datang 😀

kekenyangan

mulai kekenyangan

sibuk makan

Masing-masing dengan menunya sendiri dan berakhir dengan leyeh-leyeh kekenyangan. Lanjut menuju Ibukotah (Yogya), kami putuskan untuk menikmati Gelato Tempo Doeloe. Etdaah antrian yang panjang untuk order dan cari tempat dudukpun gak buat kami surutkan langkah, santaaaii sedapatnya kan moto kami hahha

Selesai gelato selesai sudah kenikmatan sesaat kami di Yogyakarta, kembali ke Omah Yojo, istrahat, mandi-mandi dan siap cusss kami meluncur kembali menuju CIPALI dan Ibukota Jakarta.

Jadi ini lokasi yang kami sambangin selama roadtrip :
Semarang - Soto, Lawang Sewu, Sate Klatak
Yogyakarta - Bakmi Jowo Mbah Gito, Puthuk Setumbu, Warung Kopi Badhek, Gelato Tempo Doeloe

Perincian biaya nanti yah dimasing lokasi, karena akan beta ceritakan lebih detail lagi.
Menyusul cerita tentang Lawang Sewu, Puthuk Setumbu dan Warung Kopi Badhek, mengingat Gelato, soto dan sate klatak sudah banyak yang ulas jadi perkiraan biayapun sudah bisa ditemukan.


Sampai Jumpa di cerita selanjutnya yah..
Semoga bermanfaat,


Cheers, nona flores.

Sunday, February 3, 2019

Betah leyeh-leyeh di Kei Kecil

Betah Leyeh-leyeh di Kei Kecil




Kaka Opung
"trus dari ambon, kita pi mana lai usi ??"
"mumpung banyak waktu ini kita"

Beta
"ketong pi kei kecil sa"
"Usi tau ka seng itu pantai ngurtavur ??"

Kaka Opung
"eh tasarah usi sa..asal pulang nanti jang buru-buru tooh"
"tiket tanggal 25 bale pi jakarta dari ambon jadi tur atur sajooh lah usi"


Yaah itulah sekelumit cerita lanjutan dari percakapan absurd kami saat awal merencanakan perjalanan "pulang kampung". Jadi dari Bogor - Jakarta - Ambon - Desa Saleman - Ambon (transit 1 malam) - Kei Kecil - Ambon - Jakarta - Bogor. Panjang dan bolak-balik Ambon yah hahaha..yaah gitu deh..


Setelah kembali dari Desa Saleman, ketong tiga bermalam di Amaris Ambon sambil keliling cari makan malam (yang berakhir di KFC sebelah hotel 😂), nongkrong di Sibu-Sibu Cafe dan siap-siap buat flight besoknya ke Kei kecil.

foto dari jendela pesawat WINGS AIR

Bandar Udara Karel Sadsuitubun Langgur

Selama di Kei, ketong tiga memutuskan untuk menginap di Savanna Cottage, itupun booking via SMS dan telpon sudah H-3 alias malam sebelum ketong berangkat ke Desa Saleman. Dengan tambahan biaya mobil penjemputan dan sekedar keliling sebentar menikmati sore di Kei.

Dengan mobil avanza, kami meluncur membelah kota, mampir ke Goa Hawang dan Pasir Panjang. Tapi karena hari itu hari minggu, dimana masyarakat lokal juga berlibur jadi ketong tiga memutuskan untuk memberi waktu tanpa menganggu mereka untuk menikmati. Ketong penikmat "dadakan" nanti saja kesana lagi jadi lebih fresh seperti tahu bulat goreng dadakan hahaha..(apa seeehhh....)


Begitu sampai di cottage, taruh ransel dan langsung loncat nyerbu pantai macam anak tupai kegirangan dapat kenari hahaha...Asadi kemana, Kaka Opung kemana dan beta pun kemana..tapi akhirnya beta dan Kaka Opung gabung trus jalan-jalan keliling kampung cari jajanan. Beta cari pisang goreng dan rujak, Kaka Opung cari cemilian "micin" buat si anak ilang.

Savanna Cottages, terletak di Kampung Ohoidertawun, sekitar 15-20 menit dari Bandara. Cottage pun tepat di depan Pantai Ohoidertawun. Pantai yang begitu buka mata begitu terpampang pemandangan lautnya yang menakjubkan dengan laut biru dan pasir putih yang lembut. 

Desa yang bersih, pantai yang menawan, masyarakat yang ramah, menjadi fitur yang lengkap membuat para wisatawan betah tinggal di Desa Ohoidertawun.


Perpustakaan Desa Ohoidertawun

Gereja Elim Desa Ohoidertawun

Bunga di halaman rumah

duduk santai yuuukkk

Mama Lucy dan Suami - Pemilik Savanna Cottages

Malamnya ketong ketemu deng abang-abang cetar pelaku pariwisata Kei Kecil yang yahud..cerita-cerita tentang kei deng prospek bisnis kecil-kecilan juga terjadi hahaha..akhirya diputuskan besok pagi kami akan dijemput oleh orang abang-abang ini untuk ditemani jalan-jalan sekalian survey lokasi buat jual paket trip ketong badua dan tentu sajoohh Kaka Opung jadi modelnya hahahaaa


GOA HAWANG

Pagi menjelang, mobil avanza merah meluncur gagah membelah jalanan Kota Kei, tujuan pertama kami adalah Goa Hawang. Goa yang dipercaya membawa keberuntungan, panjang umur, jodoh dan rejeki ini sangat sepi. Aroma mistis agak sedikit berhembus begitu kami mengingat cerita dari Pak haji kemarin.  Goa ini juga sering dijadikan tempat bertapa ditandai dengan adanya rokok dan kopi hitam di mukkut goa. Katanya Pak Haji, ini pasti semalam ada yang bertapa di sini..mamaaaeee...Tapi dengan niat yang tidak macam-macam, kami memutuskan untuk menikmati dan berfoto-foto.

Papan "GOA HAWANG" yang dipaku di pohon dekat portal masuk

Tangga menuju ulut goa

Model Eastcape lagi pose "cantik" katanya hahaa


Foto diambil dari tangga atas biar efek beningnya air keliatan..daan ternyata cantik banget !!!


PANTAI MADWAER

Setelah berganti baju, rombongan kembali meluncur menuju Pantai Madwaer. Perjalanan agak sedikit lama ketong rasakan atau entah karena ketong lelah dan lapar, kompak ketong bertiga tatidur di dalam mobil apalai beta sampai mobil berhenti baru buka mata hahaa.. Sebenarnya ukuran lama gak juga, karena sekitar 2 jam dengan jalanan lancar dan tidak ada macet macam ibukota, hanya modus sa ketong bilang capek deng lelah hahaa..


Begitu beta pung kaki kena pasir langsung ON..menyisir sisi kanan pantai ditemani adek-adek yang sedang bermain di ujung bibir pantai. Pulau Kei ini terkenal dengan garis pantai yang panjang dan luas membentang jika sedang surut. Bisa berkilo-kilo panjang surutnya dan landaian pantai menjadi tempat warga lokal beraktivitas. Umumnya panjang berkilo-kilo seperti itu di bulan Oktober sehingga perayaan ini terkenal di dunia pariwisata sebagai Festival Metikei. Bukti surut pun sudah beta lita dengan mata telanjang ketika pagi hari depan resort savannah. Bisa kebayang kalo yang Oktober, pasti lebih panjang yah

Nyiur melambai benar adanya di lagu-lagu masa kecil

model eastcape lagi bosen foto manis katanya hahaha


Ciri khas pohon nyiur yang bengkok

Lihat lah bibir pantai yang luas

bisa buat main bola kaki mangkali ini pantai yah hahaha



Terus berjalan, akhirnya adek-adek ini mau ngobrol, tadinya malu-malu hanya mengikuti dari belakang. Salah satu dari mereka sedang mencari gurita dan hasilnya gurita bergeliat ditangannya ..geelliii beta liat joo..

berani pegang ??

Adek-adek yang menemani ketong jalan

Adek yang punya gurita ditangan


Pasir pung halus mati sampe beta jalan ju seng pake sandal..pake kaki telanjang, air laut yang sejuk dingin seakan menyapa selamat datang di Kei. Kurang lebih 1 jam jalan-jalan,  kawar-kewer gak jelas di pantai ini saking enaknya.




PANTAI PASIR PANJANG

Setelah puas kawar-kewer, ketong lanjutkan cari makan siang yang su telat. Dan ketong tiga berpikir-pikir apakah pantai madwaer ini layak dimasukan ke dalam itinerary saat jualan paket nanti apa ka seng ? mengingat setengah hari akan habis disini dan tidak ada fasilitas pendukung seperti kamar mandi, toilet atau warung makan yang terjangkau. Salah satu solusinya, diputuskan masukin sajah dengan nasi box sebagai lunch on the beach..pas kan..😆😍

Beres kantong tengah, su sekitar jam 4. ketong putuskan langsung saja menuju pantai pasir panjang untuk menunggu matahari terbenam. Konon dari postingan-postingan sosmed, sunset di pasir panjang sangat indah. Walaupun agak pesimis mengingat ‘timing’ ketong datang bulan januari dengan tingkat curah hujan tinggi, tapi tetap ketong berharap sambil duduk menikmati sore.

secercah harapan diantara tebalnya awan dilangit sore itu

Minta difotoin katanya hahaha

would you swing with me ?? hahahah

hello there !!

dan penantian yang berakhir dengan kehampaan..seng dapat matahari terbenam tapi seng apa-apa ju yang penting rame-rame baduduk batidor babodobodo betiga hahaha *ngerti sonde ?? 😂😂




PULAU NGURTAVUR

Ada juga yang sebut Pantai Ngurtavur. Jadi hari ketiga ketong di Pulau Kei, ketong seharian main basah-basah. Perjalanan dari resort ke Kampung Debut sekitar kurang lebih 20 -30menit (seng itung waktu breakfast nasi kuning dikota yah..). Tawar menawar perahu jadilah ketong dapat Bapak Alfred menuju Pulau Ngurtavur. Lu tau kan beta pung muka kalo su naik perahu kecil deng laut ?? hahhhaaa piiassss!!!..apalagi seng ada pelampung, pikiran macam-macam su ada dikepala kribo ini..

dong dua duduk manis 

ini perahunya kebayang kaann kenapa beta takut 😂

baju basah dijemur dulu dipantai hahaha

Om Alfred deng Bapak penjaga dari Kampung Ngurtavur

kurang lebih 14 km bentangan pulau pasir


Segar !!!!


Perahu meraung-raung sekitar kurang lebih 1 jam menuju Pulau, dengan "open air" alias sonde beratap perahu ini jadi beta yang duduk dibelakang baju basah sampe di kacamata ju kena. Alhasil sampe pulau buka baju dan jemur di pasir. trus beta pake apa ??? Pake baju renang lah kakaa..jang pikir macam-macam jo!!! hahaaa.

Oh iya, kalo diukur-ukur waktu surut kata bapak penjaga dari Kampung Ngurtavur, panjangnya bentangan pasir timbul ini kurang lebih 14 km sampai ke arah kampung. Ketong juga harus bayar semcamuang adat 200 ribu untuk izin ke pulau ini dan itu dikasih ke bapak penjaga. Destinasi yang sudah bertahun-tahun pengen kesini akhirnya di tahun 2018 bisa kesampaian tapi seng mikir deng perahu open air ini hahaha..but it's ok lah. Sesuatu yang indah itu kadang didapat dengan susah payah ya kaaannn

Pulau yang selain terkenal dengan bentangan pasir timbul ini, terkenal dengan burung pelikannya. Burung Pelikan berimigrasi dari Australia dan akan mampir di pulau ini mulai dari Juni sampai puncaknya bulan oktober tiap tahunnya. Sayang ketong sonde datang pas bulannya.



PULAU BAIR

Puas dengan main air (setengah kaki ajah padahal yang basah), perahu kembali menuju Kampung Debut. Bersih-bersih di dalam mobil, kami kembali ke arah kota mengisi kantong tengah di Warung Surabayaan, dan kembali mobil mengarah ke Kampung Dullah.

Selain Pulau Ngurtavur, Pulau Bair memang su jadi destinasi impian beta dari beberapa tahun lalu. Gawang-gawang di sosmed atau di internet sebagai 'mini raja ampat' buat semakin tertarik. Semua inilah yang buat ketong akhirnya final memutuskan untuk ambil jalur Ambon dan Kei Kecil.

Beruntung, perahu ketong yang ke Pulau Bair ini sonde open air lai jadi beta seng basah plus ketong bisa tadudu mangantok di kursi kayunya. Kurang lebih 45-50 menit menuju Pulau Bair dan begitu masuk lorong batu ini hebooohhnya minta ampun sampe perahu oleng sadiki seng paduli hahaha


perahu untuk ke Pulau Bair

Nah ini the famous alley 😁

Pohon Bakau pun menjadi properti foto ketong

ini kira-kira kenapa dibilang mini raja ampat


batu karst nya mini raja ampat

Kaka Nona lagi pikir apaeee 😂

Penutup  sore hari ketong jalan-jalan keliling pulau bair. Sayang ketong sonde bisa manjat atau naik keatas jadi sonde bisa benar-benar bisa menikmati mini raja ampat. I will be back pastinya.



PANTAI OHOIDERTAWUN

Perjalanan kembali menuju Kampung Dullah dan kembali ke resort dengan hati gembira joo..apalai pas dapat sunset sedikit di patai ohoidertawun depan resort su macam anak kacil ketong (ketong = baca Kaka Opung deng Anak Ilang) ba main air hahhaa..beta ?? jang tanya lai..ujung bibir pantai sa hahaha

seng tau ini maksud apa jo hahaha

Freeeyyayyy wanna be 

Anak kampung main flip back jumping di ayunan

Selain pantai dan pulau yang menawan hati, Kei Kecil ini juga ada peningalan situs purbakalanya. Lukisan di dinding-dinding batu karstnya juga bisa dijadikan tempat kunjungan wisata loh..so pi napa pikir-pikir jauh datang kei ?? seng manyasal jo kaka pi sini..











Lukisan dengan corak warna merah ini bisa dilihat di sisi kanan pantai ohoidertawun. pas surut pantai ketong bisa jalan kaki ke sana, tapi kalo seng talalu surut bisa pake perahu kecil naik sisi kanan. Lukisan matahari, binatang dan orang. 

teruuusss..ada lai di pagi hari ini bisa ketong ba pose manis manjah grup di pantai. Sejauh mata memandang,bias putih itu batas surutnya. Kebayangkan tadi beta maksud surut yang berkilo-kilo di bulan Oktober. Januari sa su begini apalai nanti pas Oktober. 






Sekian hari ketong punya pun harus berakhir di Kei. Flight siang kembali melayang diatas udara untuk kembali ke Ambon.

See you soon lah, Kei !!!
Beta akan kembali
😀



Oh iya, beberapa biaya-biaya penting yah
- sewa mobil penjemputan dan drop bandara sekitar 200rb
- sewa mobil perhari sekitar 350rb per hari
- sewa perahu ke pulau ngurtavur sekitar 650rb - 750rb
- sewa perahu ke pulau bair sekitar 650rb-800rb
Biaa diatas itu biaya pas bulan sepi yah..kalo musim libur  pasti akan bergeser ( kebiasaan orang Indonesia begitu)

Tapi gak usah kuatir..biaya-biaya tersebut akan terbayar LUNAS!!! dengan keindahan alamnya Pulau Kei.

So tunggu cerita beta lagi pas kedua kalinya nanti ke Kei yah


Cheers
Selamat Jalan-Jalan, Semoga Bisa Jalan Bersama
😘


Pengalaman Glamping di Trizara Resort

Untuk merayakan ulang tahun Bu DM alias Madam yang ke-50, kita mutusin untuk liburan ke Bandung. Lihat-lihat lokasi dan hotel dilakukan via ...