Friday, May 11, 2018

Bukit Rhema


Bukit "RHEMA" Doa Seluruh Agama



Bukit Rhema, merupakan tempat wisata yang dituju di daerah Magelang selain Candi Borobudur. Dengan latar belakang mimpi yang berulang-ulang datang kepada seorang bapak (yang akhirnya kami tahu bernama Pak Daniel), untuk membangun tempat doa di sebuah bukit yang jauh, dan melalui perjalanan panjang mencari lokasi yang sama dengan mimpi beliau, jadilah pada tahun 1992 bangunan ini pun didirikan dengan sumber dana pribadi Pak Daniel. Perjalanan panjang pula, bangunan ini sempat terhenti karena krisis monter pada tahun 1995, dan mendapat pertentangan dari masyarakat sekitar sehingga ditutup sementara pada tahun 2014 yang kemudian membuat bangunan ini semakin terkenal dan membuktikan keberadaannya semakin nyata setelah syuting AADC 2.

Sejatinya nama gereja ayam pun bukan nama asli yang diinginkan oleh pemiliknya.  Sebenarnya bentuk bangunan adalah burung merpati yang melambangkan perdamaian. Tapi entah kenapa mungkin bentuk yang lebih mirip dengan ayam, jadilah lebih terkenal dengan nama Gereja Ayam. Dengan lokasi sekitar 2,5km dari Candi Borobudur, dan berjarak sekitar 1,0km dari puhtuk setumbu (lokasi sunrise yang kemudian terkenal setelah syuting AADC 2), melengkapi lokasi ini menjadi satu kesatuan tujuan wisata Magelang.


Bukit "Gereja Ayam" Rhema



Dan lagi-lagi saya mendapat berkah untuk bisa mengunjungi tempat ini dari membawa rombongan Perkumpulan Wanita salah satu gereja di Bogor. Hari ketiga, setelah beberapa itinerary komplit ada masih ada sisa waktu, rombongan minta diantarkan ke Gereja Ayam. Jujur lokasi ini diluar itinerary dan belum sempat survey lokasi dan biaya. Tapi setelah pembicaraan yang sedikit alot diantara rombongan sendiri dan berbekal informasi sedikit tentang biaya, akhirnya diputuskan untuk tetap mengunjungi gereja ayam ini.

Jalan yang ditempuh pun agak sedikit diluar dugaan. Salah satu akses yang kami gunakan ditutup karena jembatan sedang dicor, ini keterangan kami dapat ketika jalanan dipalang dengan bambu dan beberapa anak muda yang sedang bermain kartu menghampiri kami. Oleh Mas Anton dengan bahasa jawa halusnya, anak muda ini mengarahkan kami ke rest area dan akan menggunakan bemo ke lokasi. Kembali kami mendapatkan kenyataan yang berbeda dari informasi yang kami dapatkan sebelumnya, bemo inipun hanya berhenti di tempat parkir bukan mengantarkan kami langsung ke lokasi bukit, membuat kecewa rombongan karena biaya membengkak dari yang disiapkan. Inisiatif ksendiri, saya kembali bertanya ke "mbah", tapi tidak ada artikel tentang jalan dicor, bemo ataupun jeep yang harus kami gunakan untuk sampai keatas. Artikel hanya menjelaskan mobil diparkir di parkiran dengan biaya parkir idr 5000 dan karcis masuk idr 15.000/orang. Tidak ada yang menjelaskan kondisi bagaimana jika rombongan menggunakan mobil micro bis/bis pariwisata atau mobil besar lain. Atau mungkin karena jaringan internet yang naik turun dan waktu sedikit jadi saya tidak leluasa browsing, saya pun berpikir "Sooo..ini pengalaman baru" Dan sebagai orang Indonesia, saya merasa ber"untung" karena rombongan tidak protes tentang ini.

Jalan Kampung yang dilalui oleh Bemo

Bemo yang kami gunakan pun harus bolak-balik 2x untuk mengangkut rombongan menuju tempat parkir. Dengan sedikit negosiasi, akhirnya pihak bemo pun setuju mengurangi biaya angkut dari idr 7000/org sekali jalan, menjadi idr 5000/org sekali jalan. Kemudian kami naik jeep dengan harga tiket jeep idr 7000/org (pp), dan tiket masuk gereja ayam idr 15.000/orang. Tiket ini bisa ditukarkan dengan paket Ubi Goreng di kafetaria gereja.


Jeep rombongan kedua naik ke lokasi

Sambutan selamat datang dan keterangan tentang bangunan, kami perlahan-lahan menapaki anak tangga menuju puncak mahkota ayam (merpati). 

Lantai 1 merupakan langit-langit gereja, dimana bisa kita nikmati lukisan berbagai model mural. dari lantai 1 pun kita beranjak menuju bagian leher ayam lantai 2 (leher merpati) dimana pemandangan yang sama dengan lantai 1.

dinding yang dilukis dengan berbagai gambar

tiang penyangga dan dinding pun menjadi kanvas yg indah


Ibu-ibu dengan latar belakang lukisan


Sensasi ketinggian semakin terasa ketika kaki menyentuh tangga terakhir di lantai 3 atau bagian paruh ayam (merpati). Disini celah paruh, udara segar menyapa dan kami bisa menikmati pemandangan beberapa bukit dan candi borobudur dari kejauhan. Untuk menuju puncak (mahkota merpati) atau lantai 4, kami harus mengantri dan ada petugas yang mengatur lalu lintas pengunjung. Cukup aman dan terkoordinir dengan baik.


Candi Borobudur dari Puncak Mahkota Gereja Ayam

Bukit yang saya imaginasikan jidat, hidung dan dagu manusia

samping kiri mahkota

sisi kanan setelah "jidat dagu" bukit

Indah bukan ?? 


Ibu-Ibu berpoto di mahkota 


Setelah menikmati pemandangan dari puncak, kami kemudian turun kembali menuju lantai 1. 


Dibalik jeruji ini menuju ruang berdoa

kondisi lantai 1

details dengan latar belakang perbukitan


Menuju ruang berdoa, ruangan bersekat-sekat untuk ruang berdoa pribadi yang bermuara ke ruang besar untuk ruangan doa bersama. Kemudian disebelah ruangan ini pun terdapat mushola untuk beribadah sehingga selayaknya saya setuju dengan "bukit doa seluruh agama".

Sekat-sekat ruangan terbuat dari "tembok" batu sehingga menciptakan rasa memasuki gua-gua


Gang menuju ruang doa

sekat-sekat ruang doa pribadi

beralaskan karpet - dalam ruangan doa pribadi


salah satu gang antara ruangan


Salah satu sudut ruangan, papan doa dari pengunjung

dan jangan takut tersesat didalam "gua" ini karena ini bukan labirin 😀..suasana tenang dikawal dengan suara denting piano semakin membuat pengunjung hanyut dan konsentrasi berdoa termasuk saya


Ruangan doa bersama

salah satu sudut dinding ruangan

Tuntas dengan doa, tuntas pula dengan kunjungan kami. Oh iya, sebagai informasi gereja tutup jam 5 sore, dan jam 16:30 jeep harus pulang ke parkir, jadi pasti 15 menit sebelumnya, sopir jeep akan mencari rombongannya untuk mengingatkan turun kembali, jadi tidak perlu takut terkunci atau tertinggal dalam kompleks bangunan.


Cerita ini pun tidak punya maksud tertentu, hanya berbagi informasi tentang "gereja" atau bukit ini.

Rincian biaya-biaya jika menggunakan micro bis/bis pariwisata
- Biaya bemo idr 10.000/orang (pp)
- Biaya Jeep idr 7000/orang (pp)
- Biaya tiket masuk "gereja" idr 15.000/orang


Semoga bermanfaat,


Selamat Jalan-Jalan, Semoga Bisa Jalan Bersama


Cheers
Sri




Wednesday, May 9, 2018

Panti Asih Kasem


Jangan Lupakan Kami disini

Panti Asih Kasem 

Panti yang didirikan pada tahun 1967 atas prakarsa para dokter dari RS Bethesda, berlokasi Jl. Kaliurang No 21, Pakembinangun, Pakem, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta. Menempati bangunan bekas sanatorium RS Paru Pakem Sleman, Panti ini sebelumnya menampung kurang lebih 110 anak berkebutuhan khusus. Sejalan dengan waktu, penghuni pantipun berkurang terlebih lagi setelah Gn. Merapi meletus, banyak keluarga yang memgambil anak-anaknya. Tersisa 5 orang penghuni.

Kompleks panti yang luas, dengan sebagian kondisi bangunan yang sudah tidak dipakai, jauhnya lokasi panti dari pusat kota/komersial sehingga transportasi, distribusi bantuan pun agak tersendat. 

lorong menuju bangunan yang sudah tidak terpakai

Ruangan kecil seperti bekas tempat piket antara sekolah dan asrama

lorong menuju asrama




Terus-terang, tidak terlintas dalam benak saya tentang panti ini. Yang sering saya pikirkan adalah panti yang di jalan kaliurang, seputaran daerah kampus UII yang saya kunjungi beberapa tahun silam ketika kuliah di Yogayakarta. 

Kunjungan kali ini pun boleh dibilang mendadak karena request untuk mampir pun di tengah perjalanan kembali dari stonehenges. Ide tercetus dari peserta trip ketika mengunjungi wilayah Sleman. Peserta trip ada yang sudah pernah berkunjung sekitar 2 tahun yang lalu, dan  terbesit ingin kembali. Dengan bekal pengetahuan sedikit tentang wilayah itu, dan ingatan dari Bu Sukis, sampailah kami ke lokasi panti ini.



Halaman masuk panti


Terlihat dari luar bangunan yang tidak dipakai dan seperti tidak ada kehidupan. Saya memutuskan untuk turun duluan dan mencari-cari kedalam sembari meneriakan salam. Akhirnya di sayap kiri kompleks bangunan, ada yang menjawab, suara seorang ibu menyapa dan meyambut saya. Setelah bertanya tentang panti ini dan di konfirmasi ulang dengan benar oleh ibu tersebut, saya kembali kearah parkir bis dan memanggil rombongan ibu-ibu untuk turun.

Penampakan bangunan tidak terpakai



Suasana sedikit haru bercampur aduk ketika Ibu-ibu menyapa dan mengobrol dengan anak-anak. Diskusi singkat terjadi dengan dua orang Ibu yang mengurus panti ini dan diputuskan untuk membeli jajan dan minuman ringan untuk anak-anak. Dengan meminjam motor seorang Ibu pengurus, akhirnya diputuskan Tuti dan Bu Fifi meluncur untuk belanja di kios kecil sekitar 200m dari panti.

Sambil menunggu, beberapa Ibu pun mengajak menyanyi dan berbagi cerita dengan "anak-anak". Atau boleh saya sebut kakak. Saya menyebutnya kakak karena setidaknya ada dua orang anak yang sudah berusia lanjut sekitar 50-60 tahun dan mereka masih tinggal disini.


Ucok (membelakangi kamera)


"Perkenalkan saya Ucok. Asal dari Medan. Usia saya sudah 60 tahun, dan tinggal di panti ini sudah lama sekali. Saya sudah lulus SLB setara SMA dan sederajatnya. Saya tidak bisa mengingat dengan benar, saya selalu mengulang-ulang perkataan saya. Tapi saya bahagia".

Indri


"Nama saya Indri, saya kelas 2 SMP SLB setara kelas 8. Saya suka makan permen dan coklat. Saya juga suka difoto. Saya sudah tidak punya keluarga,  tapi jangan kuatir kakak, saya bahagia disini".


Indri x Indri

Dan ketika tahu nama kami sama, saya  berharap Indri mengerti ketika tangan saya menepuk dada saya dan dada Indri bergantian. Maksudnya, mau bilang nama kita sama dan mengajak berfoto  bersama. 

Kami menghabiskan waktu menyanyi beberapa lagu gereja yang "anak-anak" tahu. Salah satu "anak" bernama Fian, sangat fasih dan hapal dengan lirik-lirik lagunya


Fian 

Setelah dua lagu gereja, salah satu peserta memberi kode tatapan mata kearah saya. Mungkin maksudnya apa tidak apa-apa mereka menyanyikan lagu gereja didepan saya dan Tuti. Saya pun mengangguk sambil senyum simpul dan sedikit ikut bernyanyi. Buat saya agama bukan batasan untuk berbagi kasih, apalagi masa kecil yang saya habiskan di Kota Ende dan Boawae (Flores-NTT), jika sabtu/minggu saya akan ikut ke gereja bersama om dan tante saya. Bahkan sangat hapal dengan Doa Bapa Kami dan Bunda Maria sampai saya SD. jadi kenapa tidak ??? Buat saya tidak masalah, karena hati yang tulus akan bernyanyi dengan bahasa agama manapun 💖💖... setuju ???!!!! hahahaha


Melihat-lihat kondisi asrama "anak-anak" terbersit rasa syukur yang tidak terkira. Bersyukur bahwa saya punya nasib yang lebih baik dengan terlahir normal dan mempunyai keluarga. Sekaligus rasa terharu yang tidak terkira, berpikir bagaimana Indri dan salah satu "anak" perempuan akan tidur berbagi ruangan dengan "anak-anak" laki lainnya, bagaimana jika mereka 'datang bulan', bagaimana mereka bisa tetap tersenyum dengan semua ini ??? bertahan dengan semua ini ??? dan masih banyak tanda tanya melayang layang dikepala.


Sejauh mata mengamati kondisi asrama, bisa dibilang cukup layak buat "anak-anak". Ada ruang makan, ruang nonton tv dan bermain, ada ruang tidur, ada kamar mandi, ada toilet, ada mesin cuci. 


tempat tidur

Ruang Makan

Ruang Main dan Belajar

Ruang nonton TV

Ruang tidur berlima

Toilet

Mesin cuci dan kamar mandi


Hanya satu yang mereka tidak punya. Keluarga!!. Yah !!! yang mereka tidak punya adalah "keluarga". Tatapan mata mereka seolah berkata jangan lupakan kami. Kami ada disini, bermainlah bersama kami, datanglah berkunjung, menyanyilah bersama kami. Atau kalau tidak bisa datang, cukup selalu ingat kami dihati..Karena kami ada disini.



Dan cerita ini tidak punya muatan apa-apa, tapi semata-mata sebagai pengingat dan pelajaran hidup ketika kita merasa terpuruk dengan masalah kita, seolah-olah kita yang paling menderita. Lalu bagaimana dengan mereka ??!! 


Terima kasih sudah menjadi "alarm" dalam hidup saya.
Semoga cerita ini bisa membuat kita menjadi manusia yang lebih baik. 


Selamat Jalan-Jalan, Semoga Bisa Jalan Bersama


Salam
Sri 



Pengalaman Glamping di Trizara Resort

Untuk merayakan ulang tahun Bu DM alias Madam yang ke-50, kita mutusin untuk liburan ke Bandung. Lihat-lihat lokasi dan hotel dilakukan via ...