Air Terjun Tanggedu “siksaan duniawi”
Akhirnya punya kesempatan menjelajahi Tanah Sumba ketika musim hujan
dimana semua wilayah penuh dengan bentangan rumput yang hijau. Sudah 3 kali ke
Tanah Sumba tapi semuanya dimusim kemarau, jadi ini kali keempat dengan suasana
yang berbeda.
Mendarat di Waingapu tanggal 20 Februari 2018, beta memilih untuk
menginap di Hotel Tanto. Hotel Tanto
terletak di tengah kota Waingapu dan sekitar 5-10 menit dari Bandara Udara Umbu
Mehang Kunda (nama bandara kota Waingapu).
Trip kali inipun beta punya kesempatan menjelajah tempat yang belum beta pernah kunjungi
sebelumnya. Memilih Air Terjun Tanggedu atau Kawasan Hutan Tanarara.
Masing-masing lokasi punya landscape yang cantik dan unik ( begitu kata
internet J ). Pilihan jatuh ke Air Terjun Tanggedu.
Hari H alias sehari setelah mendarat dan membereskan urusan kerjaan,
pagi jam 08:30 meluncur menuju arah Purukambera dengan patung sapi sebagai
tanda untuk belok kanan menuju Purukambera. Melewati hamparan savanah yang
penuh dengan bunga liar, membuat perjalanan terhenti beberapa menit karena tergoda untuk
“mematut” diri disana J
Lanjutkan perjalanan, pertigaan kecil dengan papan petunjuk “Air Terjun
Tanggedu”, mobil Avanza yang saya tumpangin berbelok kiri menuju ke Desa Mondu. Dengan sajian padang rumput sudah seperti memandang laut lepas,
jajaran bukit-bukit seperti seorang ibu memeluk anaknya membuat padang rumput
ini semakin indah dan cantik.
Beberapa kali berhenti untuk mengabadikan keindahan alam, akhirnya
sampai dipemberhentian terakhir sebelum mulai trekking. Dikarenakan malam
sebelumnya hujan dan jalanan licin, Bang Kun ( Sopir & Guide dari Hotel Tanto ) memutuskan untuk parkir mobil diatas
batas Desa Tanggedu, karena turunan/tanjakan licin dan bahaya karena kondisi
mobil bisa tergelincir.
Ok, trekking pun dimulai dari atas menuju jalan desa dan the reaaall!!! trekking is about to start J
Dari poto diatas, kita harus jalan menyusuri belokan kecil dengan arah
sungai/kali kecil untuk menyebrang. Sungai kecil dengan debit air yang rendah, lebar sekitar 2-3 jengkal tangan orang dewasa sudah menanti untuk disebrangi.
Jalur sempit menuju sungai kecil |
Dari tanjakan setelah menyebrang sungai kecil, mata kita akan dimanjakan dengan hijau hamparan padang rumput, sawah dan kebun jagung. Jalan mengitari bukit, bapak yang menemani bilang "sudah dekat, putar bukit itu" (sambil menunjuk bukit di sebelah kanan saya)..percayaaa pak percaya beta..tapi koq yah sudah dua bukit gak sampai-sampai yah hahaha
Terus menyusuri jalan, hamparan padang rumput ini semakin menggoda untuk mengabadikan, selain butuh "tarik napas" saya minta dipoto oleh Bang Kun kali ini.
![]() |
Pohon "jomblo" padang rumput menuju lokasi |
Selesai dengan jalur padang rumput yang hijau segar ini, jalur mengitari 2 bukit pun berakhir dan disambut dengan jalur trekking menurun dengan pagar pohon bambu. Jalur inipun sangat menantang dan cukup berbahaya, karena sebelah kanan (dari posisi turun menuju air terjun) jurang. Salah bertumpu, pagar bambu ini tidak bisa menahan badan kita jatuh kebawah.
"merayap" di jalur pagar bambu |
Jalur pagar bambu ini masih belum apa-apa dibandingkan dengan jalur yang menanti didepan saya. Tikungan kecil dan agak juram, rombongan beta terhenti sebentar karena beta butuh "tarik napas". Sebenarnya siihh beta kaget ajah liat jalurnya, sebelah kiri tambang kapal dan trek batu cadas, tanah licin dan jarak antar jurang cuman sekitar sejengkal tangan beta..aduuhhh mamaaeee (dalam hati teriak). Bapak yang menemani akhirnya bersuara lagi "pegang tali, kuat itu, jangan takut" hahahha rupanya bapak sadar akan maksud beta berhenti minta "tarik napas" yang sebenarnya.
Dengan hati-hati dan terus berdoa, beta konsentrasi full terhadap jalur trekking ini. Pernah berada dalam kondisi mental yang benar-benar menyerah untuk berhenti dan memutar balik kembali kelokasi pertama ??? hahahah beta merasakan ini. Putar badan jalan kembali juga sudah jauh dan sama menderitanya dibandingkan meneruskan perjalanan menuju air terjun ini. Satu - satunya penyemangat adalah suara deburan air yang kencang seolah memanggil beta "cepaattt sini !!! hahahahaa...dan akhirnya penderitaan beta selesai begitu jalur tambang ini abis.
Air terjun ini ada 2 tingkat, tingkat pertama diatas lagi dan perlu effort untuk naik lewat tangga lagi, dan tingkat kedua ini yang beta kasih foto-foto diatas. Dan beta memilih untuk menikmati yang bawah saja. Sonde sanggup lai mamaaeee ...hahaha
Dari pertama sampai dan melihat langsung air terjun ini, sempat terduduk "bego" beberapa saat, seperti kilas balik perjalanan untuk sampai di tempat duduk itu. Bagaimana beta berjalan mulai dari jalan ujung kampung, jalur sempit batu, jalur menyebrangi sungai, jalur padang rumput, jalur pagar bambu, dan terakhir jalur tambang. Benar-benar pikiran melayang membayangkan perjuangan dan siksaan untuk badan seorang perempuan dengan berat badan 78 kg ini 😋😉 dan akhirnya beta memutuskan mesti berbagi cerita tentang perjalanan ini khusus air terjun tanggedu saja dan menyebut judul "siksaan duniawi"..
Beta pun membuat beberapa instastory IG, video, boomerang, dan masih banyak poto-poto di kamera hp beta. Suasana sepi dan hanya kami saja yang ada di lokasi, seperti punya private waterfalls hahahaiii ( private beach mah dah biasa yaakk hahha).
Dan berakhir dengan pose andalan beta ini.
Air terjun ini ada 2 tingkat, tingkat pertama diatas lagi dan perlu effort untuk naik lewat tangga lagi, dan tingkat kedua ini yang beta kasih foto-foto diatas. Dan beta memilih untuk menikmati yang bawah saja. Sonde sanggup lai mamaaeee ...hahaha
Dari pertama sampai dan melihat langsung air terjun ini, sempat terduduk "bego" beberapa saat, seperti kilas balik perjalanan untuk sampai di tempat duduk itu. Bagaimana beta berjalan mulai dari jalan ujung kampung, jalur sempit batu, jalur menyebrangi sungai, jalur padang rumput, jalur pagar bambu, dan terakhir jalur tambang. Benar-benar pikiran melayang membayangkan perjuangan dan siksaan untuk badan seorang perempuan dengan berat badan 78 kg ini 😋😉 dan akhirnya beta memutuskan mesti berbagi cerita tentang perjalanan ini khusus air terjun tanggedu saja dan menyebut judul "siksaan duniawi"..
Beta pun membuat beberapa instastory IG, video, boomerang, dan masih banyak poto-poto di kamera hp beta. Suasana sepi dan hanya kami saja yang ada di lokasi, seperti punya private waterfalls hahahaiii ( private beach mah dah biasa yaakk hahha).
Dan berakhir dengan pose andalan beta ini.
Jadi cerita sedikit tentang "pose andalan" beta ini. Sejak dua tahun lalu tepatnya tahun 2016 ketika trip bersama teman ke Makassar, beta memutuskan untuk melakukan pose ini di setiap lokasi yang benar-benar beta ingin kunjungi dan masuk dalam list yang sudah lama tercatat di buku. Untuk ber"pose andalan" seperti itu, beta tidak buru-buru atau istilahnya menghalalkan segala cara untuk mengunjungi semua lokasi tujuan ( bucket list), pelan-pelan saja toh Indonesia atau lokasi itu gak akan kemana-mana..biar waktu yang menentukan beta akan kemana..koq yah jadi curhaatt hahaha
OK, lanjuutt tentang Air Terjun ini karena beta punya cerita seru pas akan pulang. Setelah teman beta, Bang Kun makan bekal pagi yang telat hahaa, kami memutuskan untuk pulang dan tentu beta dengan kondisi lapar dan haus (psst sarapan dihotel jam 7, dan jam kembali menunjukan jam 1 siang 😅).
Perbekalan air yang kami bawa tandas sesaat Bang Kun memakan bekalnya. Awalnya kami akan membawa pulang botol air mineral kosong ke kota, tapi begitu melintas lewat, beta terkena cipratan air terjun..daaannn rasa segar banget aslii, gak bohong.
"Bang, isi airnya dengan air terjun saja"
"Yakin Kak ?? Nanti sakit perut"
"Ah paling diare kalo benar sakit"
"Ya sudah saya isi yah"
"iyaah, isi saja dua-duanya"
beberapa saat setelah mengisi
"sini bang, beta coba dulu, kalo beta sakit abang sonde boleh minum"
(buka tutup langsung tenggak)
"beeuuhh segar bang, gak bau tanah, gak ada kotoran (sambil liat isi botol)
"ok saya coba kakak" dan Bang Kun ini pun meminumnya tandas lagi hahha dan mengisi kembali lagi botolnya.
Jadiiii, sumber air pengunungan itu benar-benar segar, sama dengan air yang beta minum beberapa kali di perjalanan trekking Kampung Waerebo ( Flores - NTT ). Dan sampai saat ini beta menulis cerita ini ( tanggal 30 Maret ), beta sonde sakit perut, sonde cacingan, sonde ada masalah hahha..sehat bugar !!!..
![]() |
abaikan nama yang tertera, isinya air dr air terjun tanggedu |
Perjalanan naik keatas pun terasa lebih cepat dan ngebut jalannya, karena mendung dan awan hitam menggantung diatas kami. Tetap dengan "siksaan" jalurnya, tapi kali ini beta bisa sambil tersenyum dan poto-poto jalur. Jadi semua poto diatas diambil dalam perjalanan kembali/pulang, dengan jalur yang sama.
kurang dari 45 menit berhasil naik kembali ke ujung desa |
Lelaaahh beta mamaeeee |
Dikarenakan rintik hujan mendadak dan masih sekitar 1 kilo lagi perjalanan kami, jadilah kami memutuskan untuk meminta bantuan warga mengantar kami naik motor sampai ke ujung perbatasan desa. Sampai mobil, cuaca kembali cerah dan rintik hujan pun hilang (hujan tipe hujan lokal). Dalam hati "oohh alam pun tahu kalo beta su sonde kuat jalan lai jadi sengaja hujan supaya beta naik motor" hahahah
Kembali ke kota Waingapu, masih saja beta mampir pi ba poto-poto lai di hamparan padang rumput Desa Mondu. Cantik dan beta lelaaahhh *abaikan beta liat view nya sajah
sejauh mata memandang, hamparan rumput |
Selanjutnya mungkin akan explore lebih lama lagi untuk Sumba Timur dan Sumba Tengah. Doakan saja..dan sapa tau ada yang mau jalan bersama dengan beta kan yaaahhh hahaha
Total Biaya :
- Sewa Mobil Hotel Tanto IDR 75.000/jam ( termasuk BBM & Sopir)
- Biaya Masuk Air Terjun IDR 5000/Orang
Semoga bermanfaat yah cerita beta ini.
Sekali lagi poto-poto diambil saat trekking naik/kembali dari air terjun jadi jangan pikir beta jalan mundur yoohhh hahhaaa
Terus..maafin yah kalo cerita kali ini, isinya muka dan badan semua hahahaha
Oh iya, ada beberapa kata yang mungkin gak ngerti, ini beta kasih tau yah
beta = saya = aku = gue
sonde = tidak = gak
lai = lagi
su = sudah
Selamat Jalan - Jalan, Semoga Bisa Berjalan Bersama
Cheers
Beta